Kamis, 24 Mei 2012

Pemberian H2-Blocker Terkait dengan Risiko Infeksi pada BBLSR

Sebuah penelitian memperlihatkan bahwa Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) dengan tukak lambung dan GERD (gastroesophageal reflux disease) akan mengalami peningkatan risiko kematian enam kali lebih tinggi bila diberikan terapi ranitidine. Temuan ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh dr. Gianluca Terrin dan kolega dari Department of Women's Health and Territorial Medicine, University La Sapienza, Roma, Italia. Hasil penelitian ini juga telah dipublikasikan dalam jurnal ternama, Pediatrics.
 
Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa obat penghambat sekresi asam lambung dapat meningkatkan risiko infeksi, baik pada pasien dewasa, maupun pada pasien anak-anak. Ada juga beberapa bukti yang memperlihatkan peningkatan risiko infeksi dan NEC (necrotizing enterocolitis) pada neonatus yang diberikan obat-obat golongan histamine-2 receptor (H2-R) blockers dan PPI (proton pump inhibitors).

Penggunaan ranitidine pada bayi prematur tidak direkomendasikan oleh FDA. Namun, menurut para ahli dalam penelitian ini, ranitidine semakin sering diberikan sebagai indikasi off-label pada populasi ini. “Asam lambung,” ujar dr. Terrin, “bermanfaat membunuh kuman, dan bila sekresi asam lambung dihambat dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi.” Pemberian ranitidine sebaiknya diberikan dengan perhatian pada prematur karena risiko infeksi berat seperti necrotizing enterocolitis dan berakibat fatal.

Sebuah penelitian dilakukan oleh dr. Terrin dan kolega untuk mengetahui efek pemberian ranitidine terhadap risiko terjadinya infeksi pada BBLSR. Penelitian multisenter prospektif yang dilakukan ini merupakan penelitian pertama yang meneliti efek pemberian ranitidine pada bayi-bayi dengan BBLSR. Penelitian melibatkan 274 bayi dengan berat badan berkisar antara 401-1500 gram, atau dengan usia gestasional antara 24 hingga 32 tahun. Pasien yang dilibatkan adalah pasien-pasien dari 4 NICU (Neonatal Intensive Care Units) di Italia. Dari semua bayi, 42 bayi menerima ranitidine untuk mencegah penyakit lambung yang disebabkan karena stres. Sedangkan 49 bayi lainnya juga menerima ranitidine karena diperkirakan menderita GERD. Jumlah bayi yang tidak menerima terapi ranitidine adalah 183 bayi. Analisa multivarian memperlihatkan bahwa pemberian ranitidine oleh dokter tidak terpengaruh oleh umur kehamilan, berat badan, jenis kelamin, Apgar score, Critical Risk Index for Babies score, akses vaskuler sentral, maupun ventilasi mekanik.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pada kelompok bayi preamtur yang diterapi dengan ranitidine mengalami infeksi lebih banyak secara bermakna dibandingkan dengan kelompok bayi yang tidak diterapi dengan ranitidine (p <0,001). Selain itu, data-data menunjukkan bahwa jumlah kejadian NEC lebih banyak pada bayi yang diterapi dengan ranitidine dibandingkan dengan yang tidak (9,8% vs 1,6%, p=0,003). Bayi yang diterapi dengan ranitidine menjalani rawat inap lebih lama dibandingkan dengan yang tidak (rerata 52 hari vs 36 hari, p=0,001). Sebanyak 9,9% bayi dari kelompok ranitidine meninggal, dibandingkan dengan 1,6% dari kelompok yang tidak diterapi dengan ranitidine (p=0,003). Lama pemberian ranitidine tidak memengaruhi risiko terjadinya infeksi. Jumlah bayi yang mengalami necrotizing enterocolitis, menjalani rawat inap lebih lama, serta yang meninggal lebih banyak secara bermakna pada kelompok bayi yang diberikan terapi ranitidine.

Para ahli menyimpulkan bahwa ranitidine perlu dipertimbangkan secara hati-hati pemberiannya pada BBLSR berkenaan dengan adanya risiko infeksi dan kematian. Para ahli juga menyarankan penelitian lanjutan untuk mengetahui mengapa pemberian ranitidine pada BBLSR dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi. Peningkatan risiko ini diperkirakan terjadi karena perubahan suasana lambung oleh ranitidine yang mendukung pertumbuhan pakteri patogen, seperti Escherichia coli dan Klebsiella pneumoniae, penekanan sistem imun, pembentukan sitokin inflamatorik, dan gangguan keseimbangan Th1-Th2. (YYA)


Referensi:
  1. Martinsen TC, Bergh K, Waldum HL. Gastric juice: a barrier against infectious diseases. Basic Clin Pharmacol Toxicol. 2005;96(2):94–102.
  2. Dial MS. Proton pump inhibitor use and enteric infections. Am J Gastroenterol. 2009;104(Suppl 2):S10–S6.
  3. Terrin G, Passariello A, De Curtis M, Manguso F, Salvia G, Lega L, et al. Ranitidine is Associated With Infections, Necrotizing Enterocolitis, and Fatal Outcome in Newborns. Pediatrics 2012;129:1–6.
Sumber: http://www.kalbemedical.org/News/tabid/229/id/1575/Pemberian-H2-Blocker-Terkait-dengan-Risiko-Infeksi-pada-BBLSR.aspx

0 komentar:

Posting Komentar