Kekurangan nutrisi (undernutrition) dan berat badan di bawah rata-rata (underweight) telah diketahui merupakan faktor prognostik buruk pada kebanyakan kondisi keganasan. Kekurangan nutrisi yang berat (kaheksia) itu sendiri diketahui menyebabkan mortalitas pada sekitar 20% pasien kanker. Sebuah ulasan di The Nature menyatakan bahwa harapan hidup pasien kanker secara langsung terkait dengan kehilangan berat badan total dan kecepatan penurunan berat badan.
Sebuah studi terkini kembali menilai ada tidaknya hubungan dan menentukan kekuatan hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan mortalitas pasca-operasi pada pasien kanker hati (kasrsinoma hepatoseluler). Penelitian yang dipublikasikan online awal Agustus 2011 ini melibatkan 342 pasien. Pada penelitian ini, subjek dibagi menjadi 3 kategori berdasarkan IMT, yaitu (1) IMT <22,5 kg/m2, (2) IMT 22,5 s/d <25 kg/m2, dan (3) IMT ≥25 kg/m2.
Analisis Kaplan-Meier dan uji log rank ini menunjukkan bahwa pasien dengan IMT <22,5 kg/m2 mengalami peningkatan mortalitas pasca-operasi dibandingkan pasien dengan IMT di atas 22,5 kg/m2 (p = 0,010). Melalui analisis univariat dan multivariat, dihasilkan kesimpulan bahwa berat badan rendah (IMT <22,5 kg/m2) merupakan faktor prediktif mortalitas pasca-operasi dengan odds ratio sebesar 1,829 (95% CI 1,091 – 3,068; p = 0,022). Faktor prediktif lainnya yaitu kadar aspartat aminotransferase (p = 0,042) dan pola pertumbuhan karsinoma hepatoseluler (p = 0,032).
Simpulannya, IMT merupakan faktor prediktif yang penting dan sederhana untuk mortalitas pasca-operasi pasien kanker hati. Hasil studi terbaru ini semakin menekankan perlunya menjaga berat badan dalam kisaran normal, khususnya pasien kanker hati yang menjalani operasi. Diperlukan asupan nutrisi yang memadai untuk menjaga berat badan.
Referensi
Underweight patients show an increased rate of postoperative death after surgery for hepatocellular carcinoma
Sumber: http://adf.ly/5KfWd
0 komentar:
Posting Komentar