Gangguan hipertensi dapat mempengaruhi lingkungan perkembangan janin dan dengan demikian menjadi petunjuk pada mekanisme penyulit pranatal dengan gangguan mental di kemudian hari. Studi terbaru menunjukkan adanya korelasi antara hipertensi tanpa proteinuria dan preeclampsia dalam kehamilan dengan prediksi gangguan mental yang serius pada keturunannya, dan jika seks, masa status sosial ekonomi, panjang usia kehamilan dan paritas dimodifikasi. Studi yang dilakukan The Helsinki Birth Cohort Study ini dipublikasikan secara online dalam Journal of Psychiatric Research bulan Desember 2011.
Dalam studi tersebut, peneliti melibatkan sebanyak 5970 wanita dan laki-laki lahir pada kehamilan normotensi, atau kehamilan dengan hipertensi dan preeklamsi yang didefinisikan dengan menggunakan tekanan darah ibu dan pengukuran protein urin di klinik bersalin dan rumah sakit. Gangguan mental yang memerlukan rawat inap atau menyebabkan kematian diidentifikasi dari the Finnish Hospital Discharge and Causes of Death Registers antara tahun 1969 dan 2004.
Dibandingkan dengan anak yang lahir pada kehamilan normotensif, anak lahir setelah kehamilan dengan komplikasi hipertensi tanpa proteinuria masing-masing mempunyai 1,19 kali lipat (CI: 1,01-1,41, P-value = 0,04) risiko yang lebih tinggi dari setiap gangguan mental dan 1,44-(CI: 1.11-1,88, nilai-P <0,01) dan 1,39 kali lipat (CI: 0,99-1,93, P-value = 0,05) ebih berisiko terhadap gangguan mood dan kecemasan. Sebaliknya, preeklamsia dikaitkan, dengan risiko yang lebih rendah dari setiap gangguan mental pada anak laki-laki (P-value = 0,02, P-value = 0,04 untuk interaksi 'seks × normotension/ preeklampsia').
Dari studi tersebut peneliti menyimpulkan bahwa hipertensi tanpa proteinuria pada kehamilan dikaitkan dengan risiko meningkatnya gangguan mental yang serius pada anak di masa dewasa. Preeklampsia tampaknya, berhubungan dengan resiko lebih rendah dari gangguan mental yang berat pada keturunan laki-laki.
Sumber: http://adf.ly/5Kgzi
0 komentar:
Posting Komentar