Senin, 20 Februari 2012

Otitis Eksterna

Otitis eksterna adalah penyakit yang dapat diderita oleh semua orang dan berbagai usia. Otitis eksterna biasanya ditunjukkan dengan adanya infeksi bakteri pada kulit liang telinga tetapi dapat juga disebabkan oleh infeksi jamur. Meskipun demikian Otitis eksterna jarang menyebabkan komplikasi yang serius. Infeksi ini ditandai dengan rasa nyeri yang hebat (Waitzman, 2004).

Otitis eksterna juga sering dihubungkan dengan adanya proses dematologi lokal atau non infeksius. Gejala-gejala yang khas pada otitis externa adalah rasa tidak nyaman pada liang telinga yang ditandai dengan eritema dan discharge yang bervariasi (Sander, 2001).

Istilah otitis eksterna telah lama dipakai untuk menjelaskan sejumlah kondisi. Spektrum infeksi dan radang mencakup bentuk-bentuk akut atau kronis. Dalam hal infeksi perlu dipertimbangkan agen bakteri, jamur dan virus. Radang non-infeksi termasuk pula dermatosis, beberapa diantaranya merupakan kondisis primer yang langsung menyerang liang telinga. Shapiro telah menegaskan bahwa perbedaan antara otitis eksterna yang berasal dari dermatosis dengan otitis eksterna akibat infeksi tidak selalu jelas. Suatu dermatosis dapat menjadi terinfeksi setelah beberapa waktu, sementara pada infeksi kulit dapat terjadi reaksi ekzematosa terhadap organisme penyebab. Sekali lagi, anamnesis dan pemeriksaan yang cermat seringkali akan memberi petunjuk kearah kondisi primernya (Boies, 1997).

Di Amerika Serikat, otitis eksterna merupakan penyakit yang sering terjadi di semua negara bagian. Infeksi dapat disebabkan oleh kondisi yang panas dan lembab. Otitis eksterna dapat menyerang semua ras manusia dan mempunyai perbandingan yang sama antara perempuan dan laki-laki serta dapat dialami oleh berbagai usia (Waitzman, 2004).

Di Amerika Serikat sekitar 98% otitis eksterna disebabkan aleh P. aeruginosa. Kasus sisanya mungkin disebabkan oleh Proteus vulgaris, Escherichia coli, S. aureus dan jamur seperti Candida albicans, Aspergillus sp dan Mucor sp. Pada kasus Otitis eksterna bakterialis, kulit liang telinga berwarna merah dan biasanya edamatosa kadang-kadang sampai tingkat yang menyumbat total liang tersebut (Cody, 1997).

Infeksi dan radang liang telinga merupakan suatu masalah THT yang paling serius. Pasien dengan gangguan aurikula atau liang telinga sering kali datang dengan keluhan otalgia, gatal, pembengkakan, perdarahan dan perasaan tersumbat. Pemeriksaan daerah telinga dan sekitarnya dengan cermat biasanya dapat mengungkapkan masalah yang spesifik. Namun perlu ditekankan pemeriksaan THT lainnya. Hal-hal yang perlu ditanyakan dalam riwayat pasien antara lain : riwayat infeksi telinga luar, berenang, gangguan kulit, alergi, trauma dan pemakaian perhiasan telinga khususnya yang mengandung nikel (Boies, 1997).

 

Anatomi-Fisiologi Telinga Luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5 – 3 cm ( Soetirto dkk, 2001).

Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kalenjar serumen (modifikasi kalenjar keringat = kalenjar serumen) dan rambut. Kalenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada duapertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai serumen (Soetirto dkk, 2001).

Telinga luar termasuk aurikula atau pinna dan liang telinga. Telinga luar berfungsi mengumpulkan dan menghantarkan gelombang bunyi ke struktur-struktur telinga tengah. Karena keunikan anatomi aurikula serta konfigurasi liang telinga yang melengkung atau seperti spiral maka telinga luar mampu melindungi membrana timpani dari trauma, benda asing dan efek termal (Boies, 1997).

Panjang liang telinga kira-kira 2,5 cm, membentang dari bibir depan konka hingga membrana timpani. Bagian tersempit dari liang telinga adalah dekat perbatasan tulang dan tulang rawan. Hanya sepertiga bagian luar atau bagian kartilaginosa dari liang telinga yang dapat bergerak. Jika menggunakan otoskop, aurikula biasanya harus ditarik ke posterolateral untuk dapat melihat bagian tulang dan membran timpani. Bersama dengan lapisan luar membran timpani, liang telinga membentuk suatu kantung berlapis epitel yang dapat merangkap kelembaban sehingga daerah ini menjadi rentan infeksi pada keadaan tertentu (Boies, 1997).

Kulit yang melapisi bagian kartilaginosa lebih tebal daripada kulit bagian tulang, selain itu juga mangandung folikel rambut yang banyaknya bervariasi antar individu namun ikut membantu menciptakan suatu sawar dalam liang telinga. Anatomi liang telinga bagian tulang sangat unik karena merupakan satu-satunya tempat dalam tubuh dimana kulit langsung terletak di atas tulang tanpa adanya jaringan subkutan. Dengan demikian daerah ini sangat peka dan tiap pembengkakan akan sangat nyeri karena tidak terdapat ruang untuk ekspansi (Boies, 1997).

Salah satu cara perlindungan yang diberikan telinga luar adalah pembentukan serumen. Sebagian struktur kalenjar terletak pada bagian kartilaginosa. Eksfoliasi sel-sel stratum korneum ikut pula berperan dalam pembentukan materi yang membentuk suatu lapisan pelindung penolak air pada dinding kanalis ini. pH gabungan pada bagian ini adalah sekitar 6, suatu faktor tambahan yang berfungsi mencegah infeksi lagipula migrasi sel-sel epitel yang terlepas membentuk suatu mekanisme pembersihan sendiri dari membran timpani kearah luar (Boies, 1997).

Struktur yang unik dari canalis auditoris eksterna memudahkan terjadi otitis eksterna. Canalis auditoris eksterna lembab, hangat dan gelap, hal ini merupakan lingkungan yang bagus untuk perkembangan jamur dan bakteri. Kulit sangat tipis dan miskin jaringan lunak subkutis sehingga akan terjadi penekanan langsung pada perikondrium. Canalis auditoris externa mempunyai pertahanan yang spesifik. Serumen berubah menjadi asam yang mengandung lisozim dan substansi lain yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur. Selain itu juga adanya epitelial yang unik juga dapat memberikan perlindungan pada kanalis auditoris eksterna. Ketika pertahanan itu terganggu atau rusuk maka dapat menyebabkan otitis eksterna (Sander, 2001).

 

Definisi

Otitis eksterna adalah inflamasi atau radang pada canalis auditoris eksterna yang dapat mengenai pinna, jaringan lunak periaurikula dan dapat juga mengenai tulang temporal (Carr, 1998). Otitis eksterna juga dapat diartikan sebagai radang liang telinga akut dan kronis yang dapat disebabkan oleh bakteri. Di klinik sukar sekali dibedakan peradangan yang disebabkan oleh penyebab lain seperti jamur, alergi atau virus karena sering kali timbul bersama-sama (Sosialisman dan Helmi, 2001).

 

Etiologi

Pada umumnya penyebab dari otitis eksterna adalah infeksi bakteri seperti Staphyilococcus aureus, Staphylococcus albus, E. colli. Selain itu juga dapat disebabkan oleh penyebaran yang luas dari proses dermatologis yang non-infeksius (Sander, 2001).

 

Patofisiologi

Otitis eksterna adalah penyakit yang sering diderita oleh semua orang. Otitis eksterna seringkali ditunjukkan adanya infeksi bakteri akut dari kulit canalis auricularis tapi juga dapat disebabkan adanya infeksi jamur. Adanya lekukan pada liang telinga dan adanya kelembaban dapat menyebabkan laserasi dari kulit dan merupakan media yang bagus untuk pertumbuhan bakteri. Hal ini sering terjadi setelah berenang dan mandi. Otitis eksterna ini sering terjadi jika suasana panas dan lembab (Waitzman, 2004).

Faktor lain yang dapat menyebabkan otitis eksterna adalah adanya trauma pada liang telinga yang diikuti invasi bakteri kedalam kulit yang rusak trauma ini sering terjadi akibat dari pembersihan liang teling dengan cotton bud ataupun alat lain yang dimasukkan ke dalam telinga. Selain itu masuknya air atau bahan iritan atau hair spray atau cat rambut dapat menyebabkan otitis eksterna (Anonim, 2003).

Sebagai akibatnya terjadi respon inflamasi, edema dan pembengkakan liang telinga yang akan menyebabkan visualisasi menbran timpani terganggu. Eksudat dan pus dapat terproduksi di liang telinga. Pada keadaan yang berat, infeksi dapat meluas pada wajah dan leher. Kuman pathogen yang sering kali menyebabkan otitis eksterna adalah Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus dan bakteri gram negatif lainnya. Meskipun demikian, jamur, seperti Candida atau Aspergilus sp dapat menyebabkan otitis eksterna (Waitzman, 2004).

Hal ini terjadi karena adanya penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen yang menumpuk didaerah dekat gendang telinaga menyembabkan penimbunan air yang masuk ke liang telinga ketika mandi atau berenang sehingga kulit pada liang telinga basah dan lembut (Anonim, 2003)

Otitis eksterna maligna merupakan komplikasi dari otitis eksterna yang terjadi pada pasien yang mengalami imunocompresi atau pasien yang mendapatkan radioterapi pada tulang kepala. Pada kondisi ini bakteri akan meninvasi jaringan lunak yang dalam dan menyebabkan oeteomielitis pada os temporal (Waitzman, 2004).

 

Manifestasi Klinik

Pasien dengan otitis eksterna biasanya mengeluh adanya nyeri telinga (otalgia) dari yang sedang sampai berat, berkurangnya atau hilangnya pendengaran, tinnitus atau dengung, demam, discharge yang keluar dari telinga, gatal-gatal (khususnya pada infeksi jamur atau otitis eksterna kronik), rasa nyeri yang sangat berat (biasanya pada pasien yang imunocompopromais, diabetes, otitis eksterna maligna). Selain itu juga ditemukan adanya tanda nyeri tekan pada tragus (Waitzmann, 2004).

Pada keadaan yang berat, penderita sering mengeluh sakit pada saat mengunyah atau membuka mulut (Sander, 2001).

 

Klasifikasi

Otitis Eksterna Akut

Terdapat 2 kemungkinan otitis eksterna akut yaitu otitis eksterna sirkumskripta dan otitis eksterna difus.

1. Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkel = Bisul)

Oleh karena kulit di sepertiga luar liang telinga mengandung adneksa kulit seperti folikel rambut, kalenjar sebasea dan kalenjar serumen maka di tempat itu dapat terjadi infeksi pada pilosebaseus sehingga membentuk furunkel. Kuman penyebabnya biasanya Staphylococcus aureus atau Staphylococcus albus (Sosialisman dan Helmi, 2001).

Gejalanya ialah rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan besar bisul. Hal ini disebabkan karena kulit liang telinga tidak mengandung jaringan longgar dibawahnya, sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan perikondrium. Rasa nyeri dapat juga timbul spontan pada waktu membuka mulut (sendi temporomandibula). Selain itu terdapat juga gangguan pendengaran bila furunkel besar dan menyumbat liang telinga (Sosialisman dan Helmi, 2001).

Terapinya tergantung pada keadaan furunkel. Bila sudah menjadi abses, diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanahnya. Lokal diberikan antibiotika dalam bentuk salep, seperti polymixin B atau bacitrasin atau antiseptic (asam asetat 2-5% dalam alcohol 2%). Kalau dinding furunkel tebal, dilakukan incise kemudian dipasang drain untuk mengalirkan nanahnya. Biasanya tidak perlu diberikan obat simtomatik seperti analgetik dan obat penenang (Sosialisman dan Helmi, 2001).

2. Otitis Eksterna Difus

Biasanya mengenai kulit liang telinga duapertiga dalam. Tampak kulit liang telinga dalam. Tampak kulit liang telinga hiperemis dan edema dengan tidak jelas batasnya serta terdapat furunkel. Otitis eksterna difus dapat juga terjadi sekunder pada otitis media supuratif kronis (Sosialisman dan Helmi, 2001).

Gejalanya sama dengan otitis eksterna sirkumskripta. Kadang-kadang terdapat sekret yang berbau. Sekret ini tidak mengandung lendir (musin) seperti sekret yang ke luar dari cavum timpani pada otitis media. Pengobatannya ialah dengan memasukkan tampon tampon yang mengandung antibiotika ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik antara obat dengan kulit yang meradang. Kadang-kadang diperlukan antibiotika sistemik (Sosialisman dan Helmi, 2001).

 

Otomitosis

infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh kelembaban yang tinggi di daerah tersebut. Yang tersering ialah jamur aspergilus. Kadang-kadang ditemukan juga kandida albicans atau jamur lain. Gejalanya biasanya berupa rasa gatal dan rasa penuh di liang telinga tetapi sering pula tanpa keluhan (Sosialisman dan Helmi, 2001).

Pengobatannya ialah dengan membersihkan liang telinga. Larutan asam asetat 2-5% dalam alcohol yang diteteskan ke liang telinga. Kadang-kadang diperlukan obat antijamur sebagai salep yang diberikan secara topical (Sosialisman dan Helmi, 2001).

 

Infeksi Kronis Liang Telinga

Infeksi bakteri maupun jamur yang tidak diobati dengan baik, trauma berulang, adanya benda asing, penggunaan cetakan (mould) pada alat Bantu dengar (hearing aid) dapat menyebabkan radang kronis. Akibatnya terjadi penyempitan liang telinga oleh pembentukan jaringan parut atau sikatriks. Pengobatannya memerlukan operasi rekonstruksi liang telinga (Sosialisman dan Helmi, 2001).

 

Keratosis Obliteran dan Kolesteatoma Externa

Keratosis obliterans adalah kelainan yang jarang terjadi. Biasanya secara kebetulan ditemukan pada pasien dengan rasa penuh di telinga. Penyakit ini ditandai dengan penumpukan deskuamasi epidermis di liang telinga sehingga membentuk gumpalan dan menimbulkan rasa penuh serta kurang dengar. Bila tidak ditanggulangi dengan baik akan terjadi erosi kulit dan bagian tulang liang telinga yang sering disebut sebagai kolesteatoma yang disertai dengan rasa nyeri yang hebat akibat peradangan setempat. Etiologinya belum diketahui, sering terjadi pada pasien dengan kelainan paru kronik seperti bronkiektasis juga pada pasien sinusitis (Sosialisman dan Helmi, 2001).

Pemberian obat tetes telinga campuran alkohol atau gliserin dalam peroksida 3% selama 3 kali seminggu merupakan pengobatan dari penyakit ini. Pada pasien yang telah mengalami erosi dilakukan tindakan bedah (Sosialisman dan Helmi, 2001).

 

Otitis Externa Maligna

Otitis eksterna maligna merupakan tipe dari infeksi akut yang difus yang biasanya terjadi pada penderita penyakit diabetes mellitus. Radang dapat meluas secara progresif ke lapisan subkutis dan organ sekitarnya sehingga dapat menimbulkan kelainan berupa kondritis, oeteitis, dan osteomielitis yang mengakibatkan kehancuran tulang temporal. Gejalanya rasa gatal yang diikuti nyeri yang hebat dan sekret yang banyak serta pembengkakkan liang telinga (Sosialisman dan Helmi, 2001).

Saraf fasial dapat terkena sehingga dapat menimbulkan paresis atau paralysis facial. Pengobatan tidak boleh ditunda-tunda yaitu dengan pemberian antibiotic dosis tinggi yang dikombinasi dengan amino glikosid. Disamping obat-obatan, juga diperlukan tindakan debrideman (Sosialisman dan Helmi, 2001).

 

DAFTAR PUSTAKA

1 komentar: