Rabu, 29 Februari 2012
Can Vitamin D Treat Pain?
Senin, 27 Februari 2012
Migren
Epilepsi
Flavanones in Citrus Fruit May Lower Stroke Risk
|
Diet Soda Tied to Heart Attack, Stroke Risks
Kamis, 23 Februari 2012
Practice Guideline Effective in Community-Acquired Pneumonia
Senin, 20 Februari 2012
Hipertensi Ensefalopati
Latar Belakang
Hipertensi sampai saat ini merupakan masalah penting dalam dunia kesehatan karena prevalensinya yang tinggi dan komplikasi jangka panjang yang diakibatkannya. Budi Darmojo dalam laporan penelitiannya menyatakan bahwa 1,8–28,6% penduduk yang berusia di atas 20 tahun adalah penderita hipertensi, dan umumnya prevalensi hipertensi berkisar sekitar antara 8,6–10%. Dari penelitian yang ada terlihat kecenderungan bahwa masyarakat perkotaan lebih banyak menderita hipertensi dibanding masyarakat pedesaan. Jika dibanding antara wanita dan pria ternyata wanita lebih banyak menderita hipertensi. ( 1 )
Hipertensi apabila tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan berbagai macam komplikasi. Apabila tekanan darah meningkat dengan cepat dapat terjadi kerusakan pada target organ yaitu otak, mata, jantung, ginjal, dan pembuluh darah lainnya yang dapat mengancam jiwa penderita, maka keadaan ini dikenal sebagai kegawat daruratan hipertensi atau hipertensi krisis. ( 2, 3 )
Nyeri Kepala Paska Trauma
Rhinitis Alergi
Otitis Eksterna
Otitis eksterna adalah penyakit yang dapat diderita oleh semua orang dan berbagai usia. Otitis eksterna biasanya ditunjukkan dengan adanya infeksi bakteri pada kulit liang telinga tetapi dapat juga disebabkan oleh infeksi jamur. Meskipun demikian Otitis eksterna jarang menyebabkan komplikasi yang serius. Infeksi ini ditandai dengan rasa nyeri yang hebat (Waitzman, 2004).
Otitis eksterna juga sering dihubungkan dengan adanya proses dematologi lokal atau non infeksius. Gejala-gejala yang khas pada otitis externa adalah rasa tidak nyaman pada liang telinga yang ditandai dengan eritema dan discharge yang bervariasi (Sander, 2001).
Istilah otitis eksterna telah lama dipakai untuk menjelaskan sejumlah kondisi. Spektrum infeksi dan radang mencakup bentuk-bentuk akut atau kronis. Dalam hal infeksi perlu dipertimbangkan agen bakteri, jamur dan virus. Radang non-infeksi termasuk pula dermatosis, beberapa diantaranya merupakan kondisis primer yang langsung menyerang liang telinga. Shapiro telah menegaskan bahwa perbedaan antara otitis eksterna yang berasal dari dermatosis dengan otitis eksterna akibat infeksi tidak selalu jelas. Suatu dermatosis dapat menjadi terinfeksi setelah beberapa waktu, sementara pada infeksi kulit dapat terjadi reaksi ekzematosa terhadap organisme penyebab. Sekali lagi, anamnesis dan pemeriksaan yang cermat seringkali akan memberi petunjuk kearah kondisi primernya (Boies, 1997).
Tumor Laring
Tinitus
Latar Belakang
Tinnitus adalah bunyi abnormal yang didengar oleh penderita yang berasal dari dalam kepala.1 Menurut Tungland tinnitus adalah persepsi suara ketika tidak ada sumber suara.2 Menurut Richard kata tinnitus berasal dari kata latin tinnere yang berarti berdering atau deringan, sehingga disimpulkan tinnitus adalah persepsi suara yang tidak diinginkan dengan penyebab dari dalam kepala, biasanya terlokalisasi, dan jarang didengar oleh orang lain.3 Tinnitus dapat digambarkan sebagai telinga yang “berdering” dan berbagai suara didalam kepala yang terdengar tanpa adanya sumber suara dari luar.4 Tinnitus dapat didengar pada satu atau kedua telinga atau ditengah-tengah kepala ataupun bisa juga digambarkan tidak jelas lokasinya. Suara dapat terdengar lemah, sedang ataupun keras, dapat terdengan satu jenis atau pun lebih, dan serangan dapat terus menerus ataupun hilang timbul.5
Epistaksis
PENDAHULUAN
Epistaksis atau perdarahan hidung sering ditemukan sehari-hari, dan hampir 90% dapat berhenti sendiri. Epistaksis bukan merupakan suatu penyakit, melainkan sebagai gejala dari suatu kelainan.3
Perdarahan dari hidung dapat merupakan gejala yang sangat menjengkelkan dan mengganggu. Ia dapat pula mengancam nyawa. Faktor etiologi harus dicari dan dikoreksi untuk mengobati epistaksis secara efektif. Perdarahan hidung tampak lebih sering terjadi pada masa awal kanak-kanak sampai pubertas. Walaupun pada kelompok usia tersebut biasanya tidak serius. Epistaksis berat atau yang mengancam jiwa tampaknya meningkat dengan bertambahnya usia.4
Epistaksis adalah masalah klinis yang berbahaya, terutama bila berasal dari posterior. Sembilan puluh persen epistaksis berasal spontan dari pleksus pembuluh darah superfisialis didalam septum anterior inferior, dan lebik mudah ditangani dibandingkan epistaksis posterior, yang 10% pasien dari pembuluh darah di dalam dinding hidung lateral dekat nasofaring dan disertai dengan mortalitas 4% sampai 5%.7
Otitis Media Kronik
Kamis, 16 Februari 2012
Vitamin D and Chronic Rhinitis
Abstract
Recent findings Vitamin D has been shown to have an immunomodulatory effect with a significant impact on immune function. Specifically, vitamin D regulates the mechanisms which suppress the inflammatory response and direct the differentiation fate of immune cells. Vitamin D has been shown to play an important role in asthma, and the concept of the unified airway model allows the extrapolation of vitamin D as a critical player in chronic rhinitis and rhinosinusitis.
Summary Recent findings on the function of vitamin D may explain aspects of the pathophysiology of chronic rhinitis and CRS, and may help direct future treatment of these diseases.
Introduction
Chronic Rhinitis and Chronic Rhinosinusitis Pathophysiology
Vitamin D and Immunomodulation
Vitamin D and Cathelicidin
Figure 2. Vitamin D stimulates innate immunity and enhances antimicrobial activity via interaction with vitamin D receptor to upregulate the synthesis of the antimicrobial peptide cathelicidin. Reproduced with permission from [6].
Vitamin D and Chronic Rhinosinusitis
Figure 3. Chronic rhinosinusitis with nasal polyps (CRSwNP) and allergic fungal rhinosinusitis (AFRS) have insufficient levels of circulating 25-OH vitamin D3 (VD3). Compared with control and CRSwNP, AFRS and CRSwNP have significantly lower plasma VD3 levels. Reproduced with permission from [5].
Conclusion
Reference
Source
Rabu, 15 Februari 2012
More Evidence Links Low Vitamin D to Depression
No Cancer Protection With Vitamin B or Omega-3 Fatty-Acid Supplements
Sabtu, 11 Februari 2012
Probiotic Effects in Infants Last Until 4 Years of Age
Smoking Linked to Cognitive Decline in Men