Hubungan antara magnet dan kesehatan kini mengalami kebangkitan kembali tetapi pendekatan yang digunakan bukan merupakan sesuatu yang baru yaitu terapi magnetik karena terapi ini telah ada sejak jaman dulu. Magnet telah dipakai dalam penyembuhan selama ribuan tahun yang lalu, pada kedokteran Chine sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu1. Efek biologis dari medan magnetik ini telah dipelajari semenjak tahun 1500 Masehi2.
Terapi gelombang magnetik merupakan salah satu metode yang muncul dari penelitian kontemporer untuk mengobati ketidak nyamanan kronik, memberikan inspirasi terhadap tekhnik kesehatan komplementer dimana terapi ini dapat mempengaruhi proses penyembuhan alami pada manusia. Kemajuan dalam bidang ini dapat membantu secara efektif dalam menangani ketidak nyamanan dan keadaan kesehatan umum dari berbagai kondisi1.
Selama beberapa tahun terakhir ini, alat magnetik telah dinyatakan mengurangi nyeri dan mempunyai nilai terapeutik terhadap sejumlah kondisi dan penyakit. Medan elektromagnetik bergetar (Pulsed electromagnetic fields) terbukti efektif dalam menangangi fraktur dengan proses penyebuhan yang lama3.
Di Jepang dan negara-negara Asia lainnya, kini terapi magnetik dipakai sebagai alat dalam bidang kedokteran. Kedokteran Barat komtemporer menggunakan beberapa bentuk energi magnetik untuk tujuan diagnosis, contohnya Magnetic Resonance Imaging (MRI). Selain untuk tujuan diagnosis juga membantu untuk mempercepat proses penyembuhan. Terapi magnetik di Amerika serikat sekarang ini dapat diterima dikomunitas kedokteran dan menjadi sesuatu yang populer diantara ahli osteopati, physiotherapist dan chiropractor untuk mengobati permasalahan dalam bidang kesehatan diantaranya LBP, artitis dan cedera karena olahraga1.
Ada suatu pertanyaan penting yang menanyakan apakah terapi tersebut memiliki efek yang signifikan. Telah banyak pernyataan bahwa terapi dengan medan magnetik efektif, tetapi apakah pernyataan tersebut disertai alasan yang dapat dipercayai?2.
A. Pengertian
Terapi magnetik merupakan metode yang aman, non invasif yang menggunakan medan magnet untuk tujuan terapi4.
Bumi adalah medan magnet alam. Tubuh manusia juga merupakan suatu medan magnet sebagai akibat dari proses bioelektrik dalam tubuh. Dalam kondisi normal elektron dan ion bekerja seimbang. Bila keseimbangan terganggu, arus dan distribusi dalam sel akan terpengaruh dan hal ini biasanya menjadi akar dari banyak penyakit yang disebabkan oleh gangguan fungsi organ tubuh5.
B. Sejarah
Magnet ditemukan ratusan tahun sebelum masehi. Terdapat suatu daerah yang disebut Magnesia di Asia Minor, dimana daerah tersebut kaya akan bijih besi hitam dimana komposisinya adalah besi dan oksigen (Fe3O4). Penduduk setempat menemukan bahwa bijih tersebut mempunyai kekuatan menarik dan dinamakan "Magnetite" karena ditemukan pertama kali di Magnesia6.
Seorang bocah pengembala bernama Magnes sekitar 2500 tahun yang lalu, memakai sandal dengan lapisan besi di Gunung Ida, tiba-tiba dia susah bergerak. Sandalnya melekat pada batu. Batu tersebut adalah lodestones yang mempunyai kemampuan menarik. Batu tersebut dinamakan magnet6.
Terapi magnetik bukan sesuatu yang baru. Pada tahun 2000 SM telah dipakai oleh bangsa Greek sebagai laksatif dan pada abad 11 dipakai sebagai terapi patologi dan liver, ascites dan kebotakan kepala. Pada pengobatan herbal China terapi magnet dipakai sebagai kombinasi, dimana iodostone (magnet) diingesti per oral pada Dinasti Chau (sekitar 1000 SM – 221 SM) dan pada Dinasti Sung (sekitar abad 12 Masehi) iodostone dipakai sebagai pengobatan hemaroid, dan prolapsus anus. Aristotes, Plato dan Hanon pada tahun 850 SM menggunakan lodestone pada pekerjaan mereka6.
Kemudian sekitar 200 tahun yang lalu, pelaut China menggunakan magnet sebagai kompas dan disebut sebagai "leading stone". Praktisi kedokteran China berpendapat bahwa seluruh medan magnetik berperan dalam mempergunakan energi alam fisik kita dan berperan dalam melindungi dari keadaan sakit. Mereka menyebutnya "Wei chi" (energi pertahanan atau energi pelindung)6.
P. A Paracelsus seorang dokter dari Swiss (1493-1541) mengenalkan kekuatan terapi magnet. Terapi magnet dapat dipakai pada semua inflamasi, influks dan ulserasi. Selain itu Paracelsus menggunakan magnet untuk terapi epilepsi, diare dan perdarahan2.
Dr. William Gilbert dari Inggris (Colchester) (1540-1603 M), membuat penelitian ilmiah tentang kelistrikan dan kemagnetan dan beliau membua buku dengan judul 'De Magnet'.
Seorang ilmuwan Inggris, Michael Faraday (1791-1867 M), membuat penemuan biomagnet dan dikenal sebagai bapak biomagnetik6.
Orang China menyebut magnet sebagai "Chu Shi", Perancis menyebutnya "Aimant" sedangkan orang Yunani menyebutnya "Magnetis"6.
Dr Mesmer (1734-1815), yang dikenal sebagai bapak hipotisme, Dr Samuel Hahnemann bapak Homoeopathy adalah para perintis dalam perkembangan terapi magnetik6.
Pada tahun 1976, di Boston Amerika, Konferensi internasional pertama biomagnet di adakan. Tahun 1991 di Munster Jerman konfrensi ke 8 tentang biomagnetiskme melibatkan 240 presentansi dan 400 partisipan, terapi magnetik telah tiba7.
Tahun 1983, Penemuan terbesar magnet di umumkan. Biomagnet bumi yang jarang neodymium ditemukan bahwa kekuatannya 700% lebih besar daripada magnet keramik. Biomagnet neodymium mempertahankan kekuatannya, selama 10 tahun kekuatannya tidak berkurang secara signifika7.
C. Prinsip Dasar
Kehidupan berkembang dibawah pengaruh medan magnetik bumi. Meskipun medan magnetik ini relatif kecil, tetapi berperan dalam berbagai fungsi tubuh8.
Tubuh manusia merupakan struktur yang unik, terdiri atas sel-sel yang merupakan suatu massa protoplama yang mengandung nukleus. Protoplasma atau sitoplama adalah komponen kimia komplek penyusun utama sel daripada nukleus. Tiap-tiap sel manusia merupakan bagian kecil dari komponen magnetik dan komponen tersebut melewati semua organ. Organ-organ tersusun atas sel dan jaringan. Cairan tubuh mengandung berbagai macam ion seperti Potassium (K+), Klorida (Cl), Phosphor (PO4) d, Sodium (NA+) dan sebagainya9.
Ion terdiri atas atom atau radikal. Pada elektrolisis, ion memiliki kecenderungan untuk melewati dari satu polaritas ke polaritas lainnya. Ion merupakan konduktor dan arus listrik melalui ion-ion tersebut dikelilingi oleh medan magnetik disekitarnya10. Semua jaringan dan sistem syaraf dalam tubuh di atur oleh medan magnetik dalam tubuh8.
Medan elektromagnetik ini merupakan prinsip dasar dari terapi magnetik. Medan magnetik ini cenderung fluktuatif, organ otak memancarkan medan magnet maksimum 3,00,000 kilo-gauss pada saat seseorang tidur. Pada waktu normal nilai medan magnetnya berbeda. Jadi nilai rata-rata dari medan magnet tiap organ tubuh berbeda. Jika ada organ yang mengandung penyakit, dengan seketika medan magnetisnya terganggu. Nilai yang baik adalah medan magnet dapat menginduksi kearah nilai normal pada organ-organ. Ini merupakan esensi dari terapi magnetik9.
Terapi magnetik mempunyai efek baik terhadap sel, jaringan dan syaraf ketika diaplikasikan ke bagian yang terpengaruh dan menyebabkan nyeri, kekakuan, kesakitan atau bengkak. Terapi magnetik membuat peningkatan sirkulasi9.
.
D. Klasifikasi
Modalitas terapeutik elektromagnetik dikategorikan menjadi 6, yaitu11:
1.Permanent magnetic fields (Medan magnetik tetap), dibuat dengan berbagai magnet tetap dengan melewatkan arus DC melalui kumparan.
2.Low frequency sine waves (Gelombang sinus frekuensi rendah), sebagian menggunakan frekuensi 60 Hz (Amerika dan Kanada) dan 50 Hz (Eropa dan Asia).
3.Pulsed electromagnetic field (PEMF) (Medan elektromagnetik berubah), biasanya dengan medan frekuensi rendah dengan bentuk dan amplitudonya spesifik.
4.Pulsed radiofrequency fields (PRF) (Medan frekuensi radio berubah), menggunakan frekuensi 27, 12 Mhz untuk stimulasi jaringan lunak. Frekuensi ini khususnya di Amerika didesain untuk dipakai pada klinik.
5.Very high frequency field in milimeter range wavelenghs (MMW) (Medan frekuensi sangat tinggi dalam panjang gelombang dalam range milimeter)
6.Transcranial magnetic stimulation (Stimulasi magnetik transcranial), diperkenalkan pada pertengahan tahun 1980 sebagai metode stimulasi non invasif pada korteks serebri.
Di RSUD Bantul alat terapi magnetik adalah R980 yang merupakan alat terapi magnetik dengan frekuensi rendah medan magnetik berubah ( low-frekuencu pulsed electromagnetic fields) disebut E. L. F (Extremely Low Frequency). Istilah E. L. F adalah medan magnetik dengan frekuensi antara nol (medan statis) sampai beberapa ratus hertz. Peralatan ini mengeluarkan efek non thermal pada jaringan biologis12.
E. Terapi medan elektromagnetik berubah (Pulsating Electromagnetic Field Therapi)
Sintesis dan perbaikan matriks ekstraseluler diatur oleh agen kimia (misal sitokin dan faktor pertumbuhan) dan agen fisika, dengan stimulus mekanis dan listrik. Pada tulang, sinyal mekanis dan listrik mengatur sintesis matriks ekstraseluler dengan memacu pathways pada membran sel. Pada jaringan lunak, diduga, arus bolak-balik medan listik menginduksi distribusi kembali dari sel membran sel protein yang dapat menginisiasi sinyal transduksi dan menyebabkan reorganisasi struktur cytoskeletal. Tetapi dugaan bahwa sinyal listrik bertanggung jawab dalam transfer dalam atau ke sel tidak ada terbuktikan maupun terbantahkan13.
Terdapat contoh bukti bahwa aktivitas listrik terdapat pada tubuh sepanjang waktu. Arus listrik dapat diukur pada detak jantung dan juga pada produksi tulang. Arus listrik endogen yang dihasilkan secara mekanis kira-kira 1 Hz dab 0,1-1.0 mikroA/cm2 13.
Secara teori, penerapan arus listrik yang tepat melalui kawat langsung atau secara tidak langsung melalui induksi medan magnet dapat berpengaruh pada jaringan13.
Sebagian besar penelitian penerarapan terapi medan magnetik pada manusia dalam kedokteran adalah dalam terapi untuk fraktur. Meskipun mekanismenya belum diketahui, beberapa penelitian melaporkan bahwa medan listrik yang dihasilkan oleh tmedan elektromagnetik bergetar menstimulasi proses biologi osteogenesis dan penyatuan segmen tulang. Bentuk terapi ini diterapkan pada terapi fraktur delayed dan non union pada manusia di Amerika oleh United States Food and Drug Administration. Keefektifan terapi ini didukung oleh sedikitnya dua penelitian double blind13.
Terapi medan magnetik berubah juga dievaluasi dalam terapi cedera jaringan lunak, dengan hasil bahwa beberapa penelititan memberikan bukti bahwa terapi ini bernilai dalam proses penyembuhan luka kronik (misal decubitus), regenerasai neuron dan cedera jaringan lunak lainnya13.
Tahun 1932, Dr. Abraham J. Ginsburg dan ahli fisika Arthur Milinowski menciptakan Diapulse Machine, sebuah alat yang menghasilkan gelombang elektromagnetik dengan frekuensi tinggi dan bergetar. Setelah perang Arab-Israel tahun 1967, dokter-dokter menggunakan mesin ini yang diproduksi perusahaan Amerika untuk menterapi luka dengan mempercepat penyembuhan luka bakar dan cedera lainnya. Penjualan mesin ini dihentikan oleh FDA pada tahun 1972, dan pada tahun 1987 larangan itu ditarik kembali, tetapi hanya mengizinkan penjualanya hanya untuk terapi trauma post operative dan pembengkakan jaringan14.
G. Terapi Medan Magnetik Statik
Peralatan magnetik yang memiliki medan magnetik yang statik tersedia dalam berbagai macam bentuk seperti bantal, perban bahkan matras. Penelitian ilmiah tidak mendukung keefektifan terapi ini. Lagi pula, mekanisme aksi dari peralatan tersebut adalah efek penekanan yang sukar untuk dipahami, karena tidak menghasilkan efek listrik. Hipotesis dari efek medan magnetik yaitu berpengaruh pada reaksi kimia dan perpengaruh pada perubahan keadaan air dalam tubuh. Tetapi tidak ada satupun dari efek tersebut didemonstrasikan dalam sistem biologis dalam kondisi fisiologis13.
Meskipun tidak cukup bukti, penerapan medan magnetik statik pada terapi cedera atau nyeri jaringan dianjurkan karena meningkatkan sirkulasi darah lokal. Sayangnya bukti ilmiah yang mendukung hipotesis ini lemah13.
Terdapat penelitian yang menyatakan bahwa dalam terapi medan magnetik statik tidak ditemukan peningkatan aliran darah. Penelitian ini melibatkan 12 sukarelawan yang terpapar 1000 gauss disk magnetik atau terpapar disk yang tanpa mengandung magnetik, tidak ditemukan perubahan jumlah atau kecepatan aliran darah ketika disk dipaparkan pada lengan3.
H. Indikasi dan Kontraindikasi
1. Indikasi
Sistem muskuloskeletal: trauma (distorsi, fraktur)
Beberapa penelitian melaporkan bahwa medan magnetik bergetar meningkatkan penyembuhan fraktur pada tulang panjang tibia yang gagal sembuh setelah beberapa minggu. Tidak ada kejelasan apakah terapi dengan medan magnetik bergetart sama atau lebih baik dengan tekhnik lain untuk fraktur seperti bone grafting
Arthritis:
Keefektifan terapi magnetik dalam mengurangi nyeri pada arthitis berdasarkan penelitian double blind, plasebo- kontrol yang dipublikasikan oleh Journal of Rheumatology15.
Vaskulopati: phlebopathi, arteriopathi
Dermatologi: psorisasis
Nyeri kronik
Nilai dari terapi medan magnetik bergetar pada terapi nyeri telah dites pada penelitian longitudinal. Pada 22 pasien dengan nyeri kronik yang sukar sembuh dengan terapi konvensional, diberikan medan magnetik sebanyak 60 gaus, 10 Hz diberikan selama 20 menit perhari selama 10 hari. Nyeri dinilai menggunakan skala nyeri analog linear, sebelum dan sesudah terapi. Semua pasien menunjukkan penurunan rasa nyeri setelah terapi16.
2. Kontraindikasi12
Pacemaker
Vasodilatasi ( hemoragik dan trombotik).
Eksthemaotsus
Retinopati diabetes
I. Persiapan Pasien12
Tidak ada kontra indikasi
Posisikan pasien pada posisi nyaman, dan bagian yang akan diterapi terletak pada jangkauan paparan bidang magnetik
Informasikan kepada pasien tujuan dari terapi dan sensasi yang akan diterima pada terapi
Lepas semua objek yang mengandung logam pada tubuh pasien
Longgarkan sabuk atau pakaian yang dapat mengurangii efek vasodilatasi pada terapi
J. Efek Samping
Selama ini fokus perhatian dari efek samping dari terapi magnetik adalah inisiasi terhadap kanker. Pada tahun 1991-1996 Kongres Amerika mengalokasikan dana 60 juta dolar untuk meneliti dalam hal ini (Markov). dengan mencit yang terpapar medan listrik 60 Hz, Setelah 5 tahun penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa tidak cukup bukti terapi magnetik dapat menyebabkan kanker (Markov)
0 komentar:
Posting Komentar