This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 12 Maret 2013

Kewenangan Puskesmas PONED Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 828/MENKES/SK/IX/2008

Puskesmas PONED adalah Puskesmas Rawat Inap yang memiliki kemampuan serta fasilitas PONED siap 24 jam untuk memberikan pelayanan terhadap ibu hamil, bersalin dan nifas dan bayi baru lahir dengan komplikasi baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader/ masyarakat, bidan di desa, Puskesmas dan melakukan rujukan ke RS PONEK pada kasus yang tidak mampu ditangani.

PONED : Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar, meliputi kemampuan untuk menangani dan merujuk : 
a) Hipertensi dalam kehamilan (Preeklampsia, Eklampsia), 
b) Tindakan Pertolongan Distosia Bahu dan Ekstraksi Vakum pada Pertolongan Persalinan, 
c) Perdarahan post partum, 
d) Infeksi nifas,
e) BBLR dan Hipotermi, Hipoglikemia, Ikterus, Hiperbilirubinemia, masalah pemberian minum pada bayi, 
f) Asfiksia pada bayi, 
g) Gangguan nafas pada bayi, 
h) Kejang pada bayi baru lahir, 
i) Infeksi neonatal, 
j) Persiapan umum sebelum tindakan kedaruratan Obstetri – Neonatal antara lain Kewaspadaan Universal Standar. 
Download naskah lengkapnya di sini

Senin, 04 Februari 2013

Download Formulir Rekomendasi IDI (Ikatan Dokter Indonesia) Karawang Untuk Pengajuan SIP (Surat Ijin Praktek)

Bagi yang mau mengajukan Surat Ijin Praktek (SIP) di Kabupaten Karawang salah satu syaratnya adalah rekomendasi IDI, silahkan simpan gambar dibawah ini dan print.



Kamis, 20 Desember 2012

Gambaran CT Scan Non-Kontras pada Stroke Iskemik


Risalina Myrtha*, Shabrina Hanifah**
*Dokter, RS Anak Astrini, Kaliancar, Selogiri, Wonogiri,
** Dokter muda, RS Dokter Muwardi, Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia

ABSTRAK

Stroke merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia. Pada kasus stroke iskemik hiperakut (0-6 jam), CT scan biasanya tidak sensitif dalam mengidentifi kasi infark serebri; namun, cukup sensitif dalam mengidentifi kasi berbagai bentuk perdarahan intrakranial akut dan lesi makroskopik lain yang menjadi kontraindikasi penggunaan terapi trombolitik. Gambaran infark hiperakut pada CT scan berupa pendangkalan sulkus disertai menghilangnya batas substansia alba dan grisea pada infark kortikal superfi sial (mis., tanda insular ribbon), hipodensitas ganglia basalia (mis., hipodensitas nuklei lentiformes), tanda hiperdensitas arteri serebri media (middle cerebral artery, MCA), dan tanda Sylvian dot. Dalam periode akut (6-24 jam), perubahan gambaran CT scan non-kontras akibat iskemia menjadi makin jelas. Distribusi pembuluh darah yang mengalami infark juga makin jelas pada fase ini. Pada periode subakut (1-7 hari), terjadi perluasan edema dan efek massa yang menyebabkan pergeseran jaringan infark ke lateral dan vertikal (pada kasus infark yang mengenai daerah pembuluh darah besar). Infark kronis ditandai dengan hipodensitas yang mencolok dan berkurangnya efek massa pada gambaran CT scan; densitas daerah infark sama dengan cairan serebrospinal.

Kata kunci: stroke iskemik, infark hiperakut, infark akut, infark subakut, infark kronis

PENDAHULUAN
Survei Departemen Kesehatan RI pada 987.205 subjek dari 258.366 rumah tangga di 33 provinsi menunjukkan bahwa stroke merupakan penyebab kematian utama pada usia di atas 45 tahun (15,4% dari seluruh kematian).
Penelitian prospektif tahun 1996/1997 mendapatkan 2.065 pasien stroke di 28 rumah sakit di Indonesia. Di Yogyakarta, dari 1.053 kasus stroke di 5 rumah sakit, tercatat angka kematian sebesar 28,3%. Mortalitas pasien stroke di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta menduduki peringkat ketiga setelah penyakit jantung koroner dan kanker.
Pada tahun 1995, National Institute of Neurologic Disorders and Stroke (NINDS) melaporkan penggunaan aktivator plasminogen jaringan rekombinan (recombinant tissue plasminogen activator, rt-PA) dalam 3 jam sejak onset gejala dapat memperbaiki hasil akhir terapi. Hal ini menyebabkan pentingnya dilakukan CT scan dini untuk menyingkirkan adanya perdarahan intrakranial dan penyebab non vaskular, misalnya tumor serebri (karena t-PA meningkatkan risiko perdarahan intrakranial).1-3

DEFINISI
Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut, lebih dari 24 jam, berasal dari gangguan aliran darah otak dan bukan disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak sepintas, tumor otak, dan stroke sekunder karena trauma maupun infeksi.
Stroke dengan defi sit neurologik yang terjadi tiba-tiba dapat disebabkan oleh iskemia atau perdarahan otak. Stroke iskemik disebabkan oleh oklusi fokal pembuluh darah otak yang menyebabkan berkurangnya suplai oksigen dan glukosa ke bagian otak tertentu. Oklusi dapat berupa trombus, embolus, atau tromboembolus, menyebabkan hipoksia sampai anoksia salah satu daerah pendarahan
otak tersebut. Stroke hemoragik dapat berupa perdarahan intraserebral atau perdarahan subarakhnoid.4,5

PERUBAHAN GAMBARAN CT SCAN PADA STROKE ISKEMIK
Infark Hiperakut
Pada kasus stroke iskemik hiperakut (0-6 jam setelah onset), CT scan biasanya tidak sensitif mengidentifi kasi infark serebri karena terlihat normal pada >50% pasien; tetapi cukup sensitif untuk mengidentifi kasi perdarahan intrakranial akut dan/atau lesi lain yang merupakan kriteria eksklusi terapi trombolitik. 
Gambaran CT scan yang khas untuk iskemia serebri hiperakut adalah sebagai berikut2,3,5-7:
• Gambaran pendangkalan sulcus serebri
(sulcal eff acement)
Gambaran ini tampak akibat adanya edema difus di hemisfer serebri. Infark serebral akut menyebabkan hipoperfusi dan edema sitotoksik. Berkurangnya kadar oksigen dan glukosa seluler dengan cepat menyebabkan kegagalan pompa natrium-kalium, yang menyebabkan berpindahnya cairan dari ekstraseluler ke intraseluler dan edema sitotoksik yang lebih lanjut. Edema serebri dapat dideteksi dalam 1-2 jam setelah gejala muncul. Pada CT scan terdeteksi sebagai pembengkakan girus dan pendangkalan
sulcus serebri.5,7


• Menghilangnya batas substansia alba dan substansia grisea serebri Substansia grisea merupakan area yang lebih mudah mengalami iskemia dibandingkan substansia alba, karena metabolismenya lebih aktif. Karena itu, menghilangnya diferensiasi substansia alba dan substansia grisea merupakan gambaran CT scan yang paling awal didapatkan. Gambaran ini disebabkan oleh influks edema pada substansia grisea. Gambaran ini bisa didapatkan dalam 6 jam setelah gejala muncul pada 82% pasien dengan iskemia area arteri serebri media.3,7,8
• Tanda insular ribbon
Gambaran hipodensitas insula serebri cepat tampak pada oklusi arteri serebri media karena posisinya pada daerah perbatasan yang jauh dari suplai kolateral arteri serebri anterior maupun posterior.3

• Hipodensitas nukleus lentiformis
Hipodensitas nukleus lentiformis akibat edema sitotoksik dapat terlihat dalam 2 jam setelah onset. Nukleus lentiformis cenderung mudah mengalami kerusakan ireversibel yang cepat pada oklusi bagian proksimal arteri serebri media karena cabang lentikulostriata arteri serebri media yang memvaskularisasi
nukleus lentiformis merupakan end vessel.3



• Tanda hiperdensitas arteri serebri media
Gambaran ekstraparenkimal dapat ditemukan paling cepat 90 menit setelah gejala timbul, yaitu gambaran hiperdensitas pada pembuluh darah besar, yang biasanya terlihat pada cabang proksimal (segmen M1) arteri serebri media, walaupun sebenarnya bisa didapatkan pada semua arteri. Arteri serebri media merupakan pembuluh darah yang paling banyak mensuplai darah ke otak. Karena itu, oklusi arteri serebri media merupakan penyebab terbanyak stroke yang berat. Peningkatan densitas ini diduga akibat melambatnya aliran pembuluh darah lokal karena adanya trombus intravaskular atau menggambarkan secara langsung trombus yang menyumbat itu sendiri. Gambaran ini disebut sebagai tanda hiperdensitas arteri serebri media (Gambar 4).1-3,5,6



• Tanda Sylvian dot menggambarkan adanya oklusi distal arteri serebri media (cabang M2 atau M3) yang tampak sebagai titik hiperdens pada fi sura Sylvii (Gambar 5).5,7



Infark Akut
Pada periode akut (6-24 jam), perubahan gambaran CT scan non-kontras akibat iskemia makin jelas. Hilangnya batas substansia alba dan substansia grisea serebri, pendangkalan sulkus serebri, hipodensitas ganglia basalis, dan hipodensitas insula serebri makin jelas.
Distribusi pembuluh darah yang tersumbat makin jelas pada fase ini.1

Infark Subakut dan Kronis
Selama periode subakut (1-7 hari), edema meluas dan didapatkan efek massa yang menyebabkan pergeseran jaringan infark ke lateral dan vertikal. Hal ini terjadi pada infark yang melibatkan pembuluh darah besar.
Edema dan efek massa memuncak pada hari ke-1 sampai ke-2, kemudian berkurang. Infark kronis ditandai dengan gambaran hipodensitas dan berkurangnya efek massa. Densitas daerah infark sama dengan cairan serebrospinal (Gambar 6).


RINGKASAN
Pada pasien dengan gejala klinis stroke, pemeriksaan CT scan perlu dilakukan untuk menyingkirkan perdarahan intrakranial dan penyebab nonvaskular lain, karena terapi aktivator plasminogen jaringan rekombinan untuk stroke iskemik dapat meningkatkan risiko perdarahan intrakranial.

Pada kasus stroke iskemik hiperakut (0-6 jam setelah onset), CT scan terlihat normal pada >50% pasien. Gambaran CT scan yang khas untuk iskemia serebri antara lain pendangkalan sulkus serebri, menghilangnya batas substansia alba dan substansia grisea, misalnya tanda insular ribbon; hipodensitas
nukleus lentiformis, hiperdensitas arteri  serebri media, dan tanda Sylvian dot. Pada infark akut (6-24 jam), gambaran-gambaran tersebut dapat terlihat makin jelas. Selama periode subakut (1-7 hari), edema meluas dan didapatkan efek massa yang menyebabkan pergeseran jaringan yang mengalami infark ke lateral dan vertikal. Infark kronis ditandai dengan gambaran hipodensitas dan berkurangnya efek massa; densitas daerah infark sama dengan cairan serebrospinal.





DAFTAR PUSTAKA
1. Xavier AR, Qureshi AI, Kirmani JF, Yahia AM, Bakshi R. Neuroimaging of Stroke: A Review. South Med J. 2003;96(4). http://www.medscape.com/viewarticle/452843
2. Choksi V, Quint DJ, Maly-Sundgren P, Hoeff ner E. Imaging of Acute Stroke. Applied Radiology. 2005;34 (2):10-19. Available at: http://www.medscape.com/viewarticle/500443_print
3. Tomandl BF, Klotz E Handschu R Stemper B, Reinhardt F, Huk WJ, Eberhardt KE, Fateh-Moghadam S. Comprehensive Imaging of Ischemic Stroke with Multisection CT. RadioGraphics 2003;
23:565–592. Available at: http://radiographics.rsna.com/content/23/3/565.full.pdf+html
4. Setyopranoto I. Stroke: Gejala dan Penatalaksanaan. CDK 2011; 38 (4).
5. Warren DJ, Musson R, Connoly DJA, Griffi ths PD, Hoggard N. Imaging in Acute Ischaemic Stroke: Essential For Modern Stroke Care. Postgrad Med J. 2010;86:409-18. Available at: http://pmj.
bmj.com/content/86/1017/409.full.pdf
6. Hakimelahi R, Gonzales RG. Neuroimaging of Ischemic Stroke with CT and MRI: Advancing Towards Physiology-Based Diagnosis and Therapy. Expert Rev Cardiovasc Ther. 2009;7(1):29-48.
Available at: http://www.medscape.com/viewarticle/587073
7. Harrigan MR, Deveikis JP. Trombolysis for Acute Ischemic Stroke. In: Handbook of Cerebrovascular Disease and Neurointerventional Techniques. New York: Humana Press, 2009. p. 326-
30.
8. Foundation for Education and Research in Neurological Emergencies (FERNE). Neuroimaging in Stroke. 2003. Available at: http://www.ferne.org/Lectures/neuroimaging%200501.htm


Minggu, 28 Oktober 2012

Apa Itu Glasgow Coma Scale ?

Glasgow Coma Scale yaitu suatu skala untuk menilai kuantitas tingkat kesadaran seseorang dan kelainan neurologis yang terjadi. Ada tiga aspek yang dinilai, yaitu reaksi membuka mata (eye opening), reaksi berbicara (verbal respons) dan reaksi gerakan lengan serta tungkai (motor respons).

Rincian dari Glasgow Coma Scale adalah sebagai berikut:
Respon membuka mata      
Dapat membuka spontan dengan adanya kedipan  4
Dapat membuka mata dengan suara (dipanggil)     3
Dapat membuka mata bila dirangsang nyeri           2
Tidak dapat membuka mata (tidak ada reaksi) dengan rangsangan apapun  1

Respon berbicara (verbal)
Komunikasi verbal efektif, jawaban tepat, kata-kata bermakna, senyum, mengikuti objek    5
Bingung, disorientasi waktu, tempat dan orang, menangis tapi bisa diredakan        4
Dengan rangsangan, reaksi hanya kata, tak berbentuk kalimat, terus menerus rewel  3
Dengan rangsangan, reaksi hanya suara, tak berbentuk kata, gelisah, teragitasi 2
Tak ada reaksi dengan rangsangan apapun/ diam saja 1

Respon motorik
Mengikuti perintah  6
Dengan rangsangan nyeri, dapat mengetahui tempat rangsangan 5
Dengan rangsangan nyeri, menarik anggota badan 4
Dengan rangsangan nyeri, timbul reaksi fleksi abnormal 3
Dengan rangsangan nyeri, timbul reaksi ekstensi abnormal 2
Dengan rangsangan nyeri, tidak ada gerakan 1



Cara Jitu Mencegah Sirosis Hati

Jika anda ingin terhindar dari sirosis hati, maka gaya hidup sehat dengan menghindari alkohol serta diet sehat menjadi syarat yang mutlak. Selain itu kenali faktor resiko yang berkaitan dengan penyakit hati, misalnya transfusi darah, hubungan seks yang tidak aman, serta penggunaan jarum suntik bergantian sebagai cara penularan hepatitis B dan C. Dengan mengenali hal-hal tersebut, maka anda dapat lebih bijaksana dan waspada sehingga penyakit akan terdeteksi lebih dini.

Cara Benar Menggunakan Obat Tetes Mata


  1. Bersihkan tangan sebelum meneteskan obat
  2. Berdiri atau duduk di depan kaca
  3. Miringkan kepala ke arah belakang dan secara perlahan tarik bagian bawah bola mata, untuk meneteskan obat mata. Usahakan agar bagian dar tempat obat tidak mengenai mata, bulu atau kelompat mata
  4. Berkediplah beberapa kali. Hal ini untuk membantu obat menyebar ke seluruh bagian permukaan mata
  5. Bersihkan cairan yang tersisa dan tidak masuk ke dalam bola mata
  6. Jika anda diberikan lebih dari satu obat tetes mata, atau perlu meneteskan kembali tunggulah beberapa menit sebelum meneteskan kembali. Hal itu memberi waktu tetesan pertama beredar di bola mata dan dapat bereaksi dengan baik.

Sabtu, 27 Oktober 2012

Ini Yang Harus Anda Ketahui Sebelum Mendonor Darah

Syarat-syarat menjadi pendonor darah (menurut aturan PMI) yaitu:

  • Umur 17-60 tahun (untuk umur 60 tahun dengan pertimbangan dokter)
  • Berat badan minimun 45 kg
  • Temperatur tubuh 36,6 - 37,5 C (oral)
  • Tekanan darah baik: Sistolik 110-160 mmHg, Diastolik: 70-100 mmHg
  • Denyut nadi teratur 60-100 kali/ menit
  • Hemoglobin: perempuan 12 gr%, Laki-laki 12,5 gr%
  • Jumlah penyumbangan pertahun paling banyak 5 kali dengan jarak penyumbangan sekurang-kurangnya 3 bulan