Infeksi alat kelamin wanita sampai saat ini masih banyak dijumpai di pelayanan kesehatan terutama di Puskesmas. Hal ini berkaitan erat dengan belum melembaganya pola hidup bersih dan sehat di masyarakat khususnya di pedesaan.
Juga sangat relevan bila dihubungkan dengan tingkat sosial ekonomi yang masih rendah dengan segala akibatnya, seperti :
Kurangnya ketersediaan air bersih dan sehat untuk keperluan mandi, cuci dan kakus (MCK)
Rendahnya daya beli masyarakat untuk mendapatkan sarana dan prasarana guna menjaga kebersihan diri maupun memelihara kesehatan lingkungan.
Rendahnya kemampuan masyarakat untuk segera mendapatkan pengobatan dari penyakit yang diderita.
Tingkat pendidikan masyarakat yang masih rendah, akan berpengaruh terhadap pengetahuan kesehatan yang pada gilirannya akan menjadi penyebab ketidak mampuan masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi.
Kebanyakan wanita penderita penyakit kelamin datang ke Puskesmas dengan keluhan seperti : keputihan, keputihan dan gatal-gatal, rasa sakit waktu berhubungan dengan suami, rasa sakit pada waktu buang air kecil atau benjolan di sekitar alat kelamin.
Namun secara umum kedatangan mereka untuk berobat sudah terlambat dalam arti penyakitnya sudah berlangsung lama.
Oleh karenanya adalah suatu keniscayaan seorang dokter Puskesmas menyempatkan diri untuk memberi pendidikan atau penyuluhan kesehatan alat kelamin wanita kepada penderita, disamping mengobati penyakitnya.
PATOGENESIS
Secara umum penelusuran patogenesis infeksi alat kelamin wanita akan mempengaruhi bahkan menentukan hasil terapi yang diberikan.
1.LETAK INFEKSI
Letak infeksi akan berpengaruh terhadap terapi yang akan diberikan. Pada hakikatnya berdasarkan letak infeksi alat kelamin wanita terbagi menjadi 2, yaitu :
a.Infeksi alat kelamin luar, dengan pendekatan etiologi dan terapi seperti pada penyakit kulit.
b.Infeksi alat kelamin dalam, terdiri atas :
Infeksi alat kelamin dalam bagian bawah (vagina dan servik uteri), dengan pendekatan terapi peralihan infeksi kulit dan infeksi panggul.
Infeksi alat kelamin dalam bagian atas atau infeksi panggul (uterus, adneksa, parametrium dan peritonium panggul) dengan pendekatan terapi infeksi panggul.
2.PENYEBAB INFEKSI
Penyebab infeksi digolongkan menjadi 2 golongan besar :
a.Yang berhubungan dengan kehamilan, seperti : abortus, retensi plasenta, persalinan lama, dan persalinan buatan.
b.Yang tidak berhubungan dengan kehamilan, seperti : pemakaian AKDR/IUD, pemeriksaan ginekologi, kista ovarium dan apendisitis.
3.PREDISPOSISI INFEKSI
Dibagi menjadi 2, yaitu :
a.Akibat adanya keadaan organ tubuh yang memudahkan terjadinya infeksi, seperti : myoma, endometriosis, diabetes militus, malnutrisi dan anemia.
b.Sikap dan perilaku yang tidak bersih dan sehat, seperti : kebiasaan mandi di sungai atau mandi dengan air tidak bersih, frekwensi mandi kurang, jarang atau tidak pernah menjaga kebersihan alat kelamin dan celana dalam, perselingkuhan, dan suami senang jajan.
4.ETIOLOGI INFEKSI
a.Infeksi alat kelamin wanita bagian bawah biasanya disebabkan oleh :
Virus : kondiloma akuminata dan herpes simpleks.
Jamur : kandida albikan.
Protozoa : amobiasis dan trikomoniasis.
Bakteri : neiseria gonore.
b.Infeksi alat kelamin wanita bagian atas :
Virus : klamidia trakomatis dan parotitis epidemika.
Jamur : asinomises.
Bakteri : neiseria gonore, stafilokokus dan E.coli.
5.PENYEBARAN INFEKSI
Infeksi ascenderen : gonore.
Infeksi descenderen : penyebaran apendisitis menjadi salpingitis.
Infeksi hematogen : klamidia trakomatis dan parotitis epidemika.
TATALAKSANA INFEKSI ALAT KELAMIN WANITA
Berikut ini adalah beberapa infeksi alat kelamin wanita yang sering dijumpai di Puskesmas dan tatalaksana yang disesuaikan dengan sarana diagnosis dan obat-obatan yang tersedia.
1.GONORE (GO)
Anamnese :
1.99 kasus GO pada wanita menyerang servik uteri dan 50-75 % kasus pada wanita tidak ada gejala atau keluhan.
2.Kalau ada keluhan biasanya disuria dan lekore, yang sering diabaikan oleh penderita.
3.Sering anamnese hanya didapatkan riwayat kontak dengan penderita.
Pemeriksaan :
Pemeriksaan dengan spekulum : ostium uteri eksternum bisa tampak normal, kemerahan atau erosif.
Tampak vaginal discharge dengan sifat mukoid keruh, mukopurulen atau purulen.
Mungkin didapatkan komplikasi seperti : bartolinitis, salpingitis, abses tubo-ovarii bahkan pelvik peritonitis.
Ketiga komplikasi tersebut terahir disebut Pelvis Inflamatory Disease (PID).
Laboratorium :
Asupan servik atau vaginal discharge : Diplokokus gram negatif intraseluler lekosit.
Kriteria Minimal :
1.Riwayat kontak (+).
2.Asupan servik atau vaginal discharge : Diplokokus intraseluler lekosit gram negatif.
Terapi :
1.Penisilin Prokain : 4,8 juta IU IM (skin test dulu), 2 hari berturut turut, atau
2.Kanamisin : 2 gram IM dosis tunggal, atau
3.Amoksisilin atau Ampisilin : 3,5 gram oral dosis tunggal (lebih poten bila ditambahkan Probenesid 1 gram), atau
4.Tetrasiklin cap :
4 X 500 mg selama 5 hari, atau
dosis awal 1.500 mg, dilanjutkan 4 X 500 mg selama 4 hari, atau
5.Kotrimoksasol tablet 480 : 1 X 4 tablet selama 5 hari.
6.Bila ada komplikasi : Amoksisilin atau Ampisilin : 3,5 gram oral dosis tunggal diteruskan 4 X 500 mg selama 10 hari.
7.Pengamatan dan pemberian ulang dilakukan pada hari ke 3, 7 dan 14, sesudah itu setiap bulan selama 3 bulan.
Catatan :
Terapi sebaiknya diberikan juga kepada patner sex penderita (suami) secara bersamaan.
Selama masa terapi sebaiknya kegiatan sex dihentikan.
2.URETRITIS NON GONORE
Anamnese :
Biasanya tidak ada keluhan.
Kalau ada, keluhan biasanya adalah disuria dengan atau tanpa discharge.
Sering juga dikeluhkan keluar darah pada akhir dari buang air kecil (terminal dysuria).
Sering bersifat kumat-kumatan (yang membedakan dengan GO)
Riwayat kontak sering (+)
Pemeriksaan :
Mungkin ada discharge uretra.
Bila disertai sistitis, mungkin ada nyeri tekan suprapubis.
Laboratorium :
Uretral discharge : diplokokus (-), lekosit >10/lapangan pandang.
Urin : berawan atau didapat benang-benang pendek (threads)
Kriteria Minimal :
1.Riwayat kontak (+).
2.Laboratorium :
Uretral discharge : diplokokus (-)
Urin : berawan atau threads (+).
Penatalaksanaan :
1.Tetrasiklin : 4 X 500 mg selama 5 – 7 hari atau
2.Erytromisin : 4 X 500 mg selama 5 – 7 hari.
3.Pada kasus persisten lama pengobatan 21 hari.
3.TRIKOMONIASIS
Anamnese :
Keluhan utama biasanya adalah adanya keputihan dengan jumlah banyak, berwarna kuning atau putih kehijauan.
Sakit pada saat berhubungan sex (dyspareunia) juga sering dikeluhkan.
Riwayat suami kencing nanah perlu ditanyakan, karena > 50% penderita GO wanita disertai dengan trikomoniasis.
Pemeriksaan :
Pemeriksaan in speculo :
terasa sakit,
fluor albus cair dengan jumlah banyak dan berwarna kuning atau putih kehijauan,
khas : didapat bintik-bintik merah (punctatae red spots atau strawbery cervix) di dinding vagina.
Laboratorium :
Fluor albus : dengan mikroskup cahaya Trichomonas vaginalis (+).
Kriteria Minimal :
1.Fluor albus : cair, banyak, warna kuning atau putih kehijauan.
2.Punctatae red spots (+)
3.Laboratorium : Puskesmas ?
Penatalaksanaan :
1.Metronidasol : 1 X 2.000 mg, sebagai dosis tunggal.
4.KANDIDIASIS
Anamnese :
Keluhan utama biasanya adalah keputihan dan gatal di vagina.
Mungkin juga dikeluhkan adanya rasa sakit waktu melakukan aktivitas sexual.
Faktor predisposisi : diabetes militus, pemakaian Pil KB, dan pemakaian antibiotika yang tidak terkontrol serta kegemukan.
Pemeriksaan :
Vulva : tampak merah, udem, adanya plak putih, mungkin didapat juga fisura atau erosi (Vulvovaginitis).
In speculo :
Terasa sakit,
Discharge kental, sedikit, putih seperti keju dan biasanya menutup portio.
Laboratorium :
Sel ragi (yeast cells) atau tunas (budding body) dan pseudohypha atau spora.
Kriteria Minimal :
1.Vuvovaginitis.
2.Discharge kental, sedikit, putih seperti keju dan biasanya menutup portio.
Penatalaksanaan :
1.Topikal : Nistatin vaginal tablet : 1 X 1, selama 7 hari, dan
2.Nistatin tablet : 4 X 1 tablet, selama 14 hari.
PENDIDIKAN / PENYULUHAN KESEHATAN
Tujuan pendidikan / penyuluhan kesehatan pada kasus infeksi alat kelamin wanita secara umum adalah tercapainya hasil terapi yang optimal atau sembuh yang tidak kambuh lagi, dengan materi sebagai berikut :
1.Tanda-tanda penyakit kelamin wanita secara umum.
2.Bahwa penyakit kelamin sebagian besar ditularkan melalui hubungan sex.
3.Segera datang ke Puskesmas untuk upaya penyembuhannya.
4.Membiasakan mandi dan ganti pakaian minimal 2 kali sehari.
5.Perawatan alat kelamin secara teratur dan adekuat.
6.Menjaga kebersihan pakaian, khususnya kebersihan celana dalam.
7.Menjalankan aktivitas seksual sesuai norma agama.
DAFTAR KEPUSTAKAAN :
1.Charles D : Infection in Obstetrics and Gynecology: W.B.Sannders Co, Philadelphia-London-Toronto, 1980.
2.Panitia Pelantikan Dokter FK-UGM : Penatalaksanaan Medik, Senat Mahasiswa Fak.Kedokteran UGM, Yogyakarta 1987 : 244-248.
3.Purnawan J., Atiek S.S., Husna A. : Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Jakarta 1982: 208-211.
4.Fanaro A, Sutoto : Etiologi Infeksi pada Alat Genetalia Wanita : naskah lengkap Sidang Ilmiah KOGI IV, Vol.I, 1979 : 500-504.
Juga sangat relevan bila dihubungkan dengan tingkat sosial ekonomi yang masih rendah dengan segala akibatnya, seperti :
Kurangnya ketersediaan air bersih dan sehat untuk keperluan mandi, cuci dan kakus (MCK)
Rendahnya daya beli masyarakat untuk mendapatkan sarana dan prasarana guna menjaga kebersihan diri maupun memelihara kesehatan lingkungan.
Rendahnya kemampuan masyarakat untuk segera mendapatkan pengobatan dari penyakit yang diderita.
Tingkat pendidikan masyarakat yang masih rendah, akan berpengaruh terhadap pengetahuan kesehatan yang pada gilirannya akan menjadi penyebab ketidak mampuan masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi.
Kebanyakan wanita penderita penyakit kelamin datang ke Puskesmas dengan keluhan seperti : keputihan, keputihan dan gatal-gatal, rasa sakit waktu berhubungan dengan suami, rasa sakit pada waktu buang air kecil atau benjolan di sekitar alat kelamin.
Namun secara umum kedatangan mereka untuk berobat sudah terlambat dalam arti penyakitnya sudah berlangsung lama.
Oleh karenanya adalah suatu keniscayaan seorang dokter Puskesmas menyempatkan diri untuk memberi pendidikan atau penyuluhan kesehatan alat kelamin wanita kepada penderita, disamping mengobati penyakitnya.
PATOGENESIS
Secara umum penelusuran patogenesis infeksi alat kelamin wanita akan mempengaruhi bahkan menentukan hasil terapi yang diberikan.
1.LETAK INFEKSI
Letak infeksi akan berpengaruh terhadap terapi yang akan diberikan. Pada hakikatnya berdasarkan letak infeksi alat kelamin wanita terbagi menjadi 2, yaitu :
a.Infeksi alat kelamin luar, dengan pendekatan etiologi dan terapi seperti pada penyakit kulit.
b.Infeksi alat kelamin dalam, terdiri atas :
Infeksi alat kelamin dalam bagian bawah (vagina dan servik uteri), dengan pendekatan terapi peralihan infeksi kulit dan infeksi panggul.
Infeksi alat kelamin dalam bagian atas atau infeksi panggul (uterus, adneksa, parametrium dan peritonium panggul) dengan pendekatan terapi infeksi panggul.
2.PENYEBAB INFEKSI
Penyebab infeksi digolongkan menjadi 2 golongan besar :
a.Yang berhubungan dengan kehamilan, seperti : abortus, retensi plasenta, persalinan lama, dan persalinan buatan.
b.Yang tidak berhubungan dengan kehamilan, seperti : pemakaian AKDR/IUD, pemeriksaan ginekologi, kista ovarium dan apendisitis.
3.PREDISPOSISI INFEKSI
Dibagi menjadi 2, yaitu :
a.Akibat adanya keadaan organ tubuh yang memudahkan terjadinya infeksi, seperti : myoma, endometriosis, diabetes militus, malnutrisi dan anemia.
b.Sikap dan perilaku yang tidak bersih dan sehat, seperti : kebiasaan mandi di sungai atau mandi dengan air tidak bersih, frekwensi mandi kurang, jarang atau tidak pernah menjaga kebersihan alat kelamin dan celana dalam, perselingkuhan, dan suami senang jajan.
4.ETIOLOGI INFEKSI
a.Infeksi alat kelamin wanita bagian bawah biasanya disebabkan oleh :
Virus : kondiloma akuminata dan herpes simpleks.
Jamur : kandida albikan.
Protozoa : amobiasis dan trikomoniasis.
Bakteri : neiseria gonore.
b.Infeksi alat kelamin wanita bagian atas :
Virus : klamidia trakomatis dan parotitis epidemika.
Jamur : asinomises.
Bakteri : neiseria gonore, stafilokokus dan E.coli.
5.PENYEBARAN INFEKSI
Infeksi ascenderen : gonore.
Infeksi descenderen : penyebaran apendisitis menjadi salpingitis.
Infeksi hematogen : klamidia trakomatis dan parotitis epidemika.
TATALAKSANA INFEKSI ALAT KELAMIN WANITA
Berikut ini adalah beberapa infeksi alat kelamin wanita yang sering dijumpai di Puskesmas dan tatalaksana yang disesuaikan dengan sarana diagnosis dan obat-obatan yang tersedia.
1.GONORE (GO)
Anamnese :
1.99 kasus GO pada wanita menyerang servik uteri dan 50-75 % kasus pada wanita tidak ada gejala atau keluhan.
2.Kalau ada keluhan biasanya disuria dan lekore, yang sering diabaikan oleh penderita.
3.Sering anamnese hanya didapatkan riwayat kontak dengan penderita.
Pemeriksaan :
Pemeriksaan dengan spekulum : ostium uteri eksternum bisa tampak normal, kemerahan atau erosif.
Tampak vaginal discharge dengan sifat mukoid keruh, mukopurulen atau purulen.
Mungkin didapatkan komplikasi seperti : bartolinitis, salpingitis, abses tubo-ovarii bahkan pelvik peritonitis.
Ketiga komplikasi tersebut terahir disebut Pelvis Inflamatory Disease (PID).
Laboratorium :
Asupan servik atau vaginal discharge : Diplokokus gram negatif intraseluler lekosit.
Kriteria Minimal :
1.Riwayat kontak (+).
2.Asupan servik atau vaginal discharge : Diplokokus intraseluler lekosit gram negatif.
Terapi :
1.Penisilin Prokain : 4,8 juta IU IM (skin test dulu), 2 hari berturut turut, atau
2.Kanamisin : 2 gram IM dosis tunggal, atau
3.Amoksisilin atau Ampisilin : 3,5 gram oral dosis tunggal (lebih poten bila ditambahkan Probenesid 1 gram), atau
4.Tetrasiklin cap :
4 X 500 mg selama 5 hari, atau
dosis awal 1.500 mg, dilanjutkan 4 X 500 mg selama 4 hari, atau
5.Kotrimoksasol tablet 480 : 1 X 4 tablet selama 5 hari.
6.Bila ada komplikasi : Amoksisilin atau Ampisilin : 3,5 gram oral dosis tunggal diteruskan 4 X 500 mg selama 10 hari.
7.Pengamatan dan pemberian ulang dilakukan pada hari ke 3, 7 dan 14, sesudah itu setiap bulan selama 3 bulan.
Catatan :
Terapi sebaiknya diberikan juga kepada patner sex penderita (suami) secara bersamaan.
Selama masa terapi sebaiknya kegiatan sex dihentikan.
2.URETRITIS NON GONORE
Anamnese :
Biasanya tidak ada keluhan.
Kalau ada, keluhan biasanya adalah disuria dengan atau tanpa discharge.
Sering juga dikeluhkan keluar darah pada akhir dari buang air kecil (terminal dysuria).
Sering bersifat kumat-kumatan (yang membedakan dengan GO)
Riwayat kontak sering (+)
Pemeriksaan :
Mungkin ada discharge uretra.
Bila disertai sistitis, mungkin ada nyeri tekan suprapubis.
Laboratorium :
Uretral discharge : diplokokus (-), lekosit >10/lapangan pandang.
Urin : berawan atau didapat benang-benang pendek (threads)
Kriteria Minimal :
1.Riwayat kontak (+).
2.Laboratorium :
Uretral discharge : diplokokus (-)
Urin : berawan atau threads (+).
Penatalaksanaan :
1.Tetrasiklin : 4 X 500 mg selama 5 – 7 hari atau
2.Erytromisin : 4 X 500 mg selama 5 – 7 hari.
3.Pada kasus persisten lama pengobatan 21 hari.
3.TRIKOMONIASIS
Anamnese :
Keluhan utama biasanya adalah adanya keputihan dengan jumlah banyak, berwarna kuning atau putih kehijauan.
Sakit pada saat berhubungan sex (dyspareunia) juga sering dikeluhkan.
Riwayat suami kencing nanah perlu ditanyakan, karena > 50% penderita GO wanita disertai dengan trikomoniasis.
Pemeriksaan :
Pemeriksaan in speculo :
terasa sakit,
fluor albus cair dengan jumlah banyak dan berwarna kuning atau putih kehijauan,
khas : didapat bintik-bintik merah (punctatae red spots atau strawbery cervix) di dinding vagina.
Laboratorium :
Fluor albus : dengan mikroskup cahaya Trichomonas vaginalis (+).
Kriteria Minimal :
1.Fluor albus : cair, banyak, warna kuning atau putih kehijauan.
2.Punctatae red spots (+)
3.Laboratorium : Puskesmas ?
Penatalaksanaan :
1.Metronidasol : 1 X 2.000 mg, sebagai dosis tunggal.
4.KANDIDIASIS
Anamnese :
Keluhan utama biasanya adalah keputihan dan gatal di vagina.
Mungkin juga dikeluhkan adanya rasa sakit waktu melakukan aktivitas sexual.
Faktor predisposisi : diabetes militus, pemakaian Pil KB, dan pemakaian antibiotika yang tidak terkontrol serta kegemukan.
Pemeriksaan :
Vulva : tampak merah, udem, adanya plak putih, mungkin didapat juga fisura atau erosi (Vulvovaginitis).
In speculo :
Terasa sakit,
Discharge kental, sedikit, putih seperti keju dan biasanya menutup portio.
Laboratorium :
Sel ragi (yeast cells) atau tunas (budding body) dan pseudohypha atau spora.
Kriteria Minimal :
1.Vuvovaginitis.
2.Discharge kental, sedikit, putih seperti keju dan biasanya menutup portio.
Penatalaksanaan :
1.Topikal : Nistatin vaginal tablet : 1 X 1, selama 7 hari, dan
2.Nistatin tablet : 4 X 1 tablet, selama 14 hari.
PENDIDIKAN / PENYULUHAN KESEHATAN
Tujuan pendidikan / penyuluhan kesehatan pada kasus infeksi alat kelamin wanita secara umum adalah tercapainya hasil terapi yang optimal atau sembuh yang tidak kambuh lagi, dengan materi sebagai berikut :
1.Tanda-tanda penyakit kelamin wanita secara umum.
2.Bahwa penyakit kelamin sebagian besar ditularkan melalui hubungan sex.
3.Segera datang ke Puskesmas untuk upaya penyembuhannya.
4.Membiasakan mandi dan ganti pakaian minimal 2 kali sehari.
5.Perawatan alat kelamin secara teratur dan adekuat.
6.Menjaga kebersihan pakaian, khususnya kebersihan celana dalam.
7.Menjalankan aktivitas seksual sesuai norma agama.
DAFTAR KEPUSTAKAAN :
1.Charles D : Infection in Obstetrics and Gynecology: W.B.Sannders Co, Philadelphia-London-Toronto, 1980.
2.Panitia Pelantikan Dokter FK-UGM : Penatalaksanaan Medik, Senat Mahasiswa Fak.Kedokteran UGM, Yogyakarta 1987 : 244-248.
3.Purnawan J., Atiek S.S., Husna A. : Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Jakarta 1982: 208-211.
4.Fanaro A, Sutoto : Etiologi Infeksi pada Alat Genetalia Wanita : naskah lengkap Sidang Ilmiah KOGI IV, Vol.I, 1979 : 500-504.