This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sabtu, 18 Oktober 2008

PENATALAKSANAAN INFEKSI ALAT KELAMIN WANITA DI PUSKESMAS

Infeksi alat kelamin wanita sampai saat ini masih banyak dijumpai di pelayanan kesehatan terutama di Puskesmas. Hal ini berkaitan erat dengan belum melembaganya pola hidup bersih dan sehat di masyarakat khususnya di pedesaan.
Juga sangat relevan bila dihubungkan dengan tingkat sosial ekonomi yang masih rendah dengan segala akibatnya, seperti :

Kurangnya ketersediaan air bersih dan sehat untuk keperluan mandi, cuci dan kakus (MCK)
Rendahnya daya beli masyarakat untuk mendapatkan sarana dan prasarana guna menjaga kebersihan diri maupun memelihara kesehatan lingkungan.
Rendahnya kemampuan masyarakat untuk segera mendapatkan pengobatan dari penyakit yang diderita.

Tingkat pendidikan masyarakat yang masih rendah, akan berpengaruh terhadap pengetahuan kesehatan yang pada gilirannya akan menjadi penyebab ketidak mampuan masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi.

Kebanyakan wanita penderita penyakit kelamin datang ke Puskesmas dengan keluhan seperti : keputihan, keputihan dan gatal-gatal, rasa sakit waktu berhubungan dengan suami, rasa sakit pada waktu buang air kecil atau benjolan di sekitar alat kelamin.
Namun secara umum kedatangan mereka untuk berobat sudah terlambat dalam arti penyakitnya sudah berlangsung lama.
Oleh karenanya adalah suatu keniscayaan seorang dokter Puskesmas menyempatkan diri untuk memberi pendidikan atau penyuluhan kesehatan alat kelamin wanita kepada penderita, disamping mengobati penyakitnya.

PATOGENESIS

Secara umum penelusuran patogenesis infeksi alat kelamin wanita akan mempengaruhi bahkan menentukan hasil terapi yang diberikan.

1.LETAK INFEKSI

Letak infeksi akan berpengaruh terhadap terapi yang akan diberikan. Pada hakikatnya berdasarkan letak infeksi alat kelamin wanita terbagi menjadi 2, yaitu :

a.Infeksi alat kelamin luar, dengan pendekatan etiologi dan terapi seperti pada penyakit kulit.
b.Infeksi alat kelamin dalam, terdiri atas :
Infeksi alat kelamin dalam bagian bawah (vagina dan servik uteri), dengan pendekatan terapi peralihan infeksi kulit dan infeksi panggul.
Infeksi alat kelamin dalam bagian atas atau infeksi panggul (uterus, adneksa, parametrium dan peritonium panggul) dengan pendekatan terapi infeksi panggul.

2.PENYEBAB INFEKSI

Penyebab infeksi digolongkan menjadi 2 golongan besar :
a.Yang berhubungan dengan kehamilan, seperti : abortus, retensi plasenta, persalinan lama, dan persalinan buatan.
b.Yang tidak berhubungan dengan kehamilan, seperti : pemakaian AKDR/IUD, pemeriksaan ginekologi, kista ovarium dan apendisitis.

3.PREDISPOSISI INFEKSI

Dibagi menjadi 2, yaitu :
a.Akibat adanya keadaan organ tubuh yang memudahkan terjadinya infeksi, seperti : myoma, endometriosis, diabetes militus, malnutrisi dan anemia.
b.Sikap dan perilaku yang tidak bersih dan sehat, seperti : kebiasaan mandi di sungai atau mandi dengan air tidak bersih, frekwensi mandi kurang, jarang atau tidak pernah menjaga kebersihan alat kelamin dan celana dalam, perselingkuhan, dan suami senang jajan.

4.ETIOLOGI INFEKSI

a.Infeksi alat kelamin wanita bagian bawah biasanya disebabkan oleh :
Virus : kondiloma akuminata dan herpes simpleks.
Jamur : kandida albikan.
Protozoa : amobiasis dan trikomoniasis.
Bakteri : neiseria gonore.

b.Infeksi alat kelamin wanita bagian atas :
Virus : klamidia trakomatis dan parotitis epidemika.
Jamur : asinomises.
Bakteri : neiseria gonore, stafilokokus dan E.coli.

5.PENYEBARAN INFEKSI

Infeksi ascenderen : gonore.
Infeksi descenderen : penyebaran apendisitis menjadi salpingitis.
Infeksi hematogen : klamidia trakomatis dan parotitis epidemika.

TATALAKSANA INFEKSI ALAT KELAMIN WANITA

Berikut ini adalah beberapa infeksi alat kelamin wanita yang sering dijumpai di Puskesmas dan tatalaksana yang disesuaikan dengan sarana diagnosis dan obat-obatan yang tersedia.

1.GONORE (GO)

Anamnese :
1.99 kasus GO pada wanita menyerang servik uteri dan 50-75 % kasus pada wanita tidak ada gejala atau keluhan.
2.Kalau ada keluhan biasanya disuria dan lekore, yang sering diabaikan oleh penderita.
3.Sering anamnese hanya didapatkan riwayat kontak dengan penderita.

Pemeriksaan :
Pemeriksaan dengan spekulum : ostium uteri eksternum bisa tampak normal, kemerahan atau erosif.
Tampak vaginal discharge dengan sifat mukoid keruh, mukopurulen atau purulen.
Mungkin didapatkan komplikasi seperti : bartolinitis, salpingitis, abses tubo-ovarii bahkan pelvik peritonitis.
Ketiga komplikasi tersebut terahir disebut Pelvis Inflamatory Disease (PID).

Laboratorium :
Asupan servik atau vaginal discharge : Diplokokus gram negatif intraseluler lekosit.

Kriteria Minimal :
1.Riwayat kontak (+).
2.Asupan servik atau vaginal discharge : Diplokokus intraseluler lekosit gram negatif.

Terapi :
1.Penisilin Prokain : 4,8 juta IU IM (skin test dulu), 2 hari berturut turut, atau
2.Kanamisin : 2 gram IM dosis tunggal, atau
3.Amoksisilin atau Ampisilin : 3,5 gram oral dosis tunggal (lebih poten bila ditambahkan Probenesid 1 gram), atau
4.Tetrasiklin cap :
4 X 500 mg selama 5 hari, atau
dosis awal 1.500 mg, dilanjutkan 4 X 500 mg selama 4 hari, atau
5.Kotrimoksasol tablet 480 : 1 X 4 tablet selama 5 hari.
6.Bila ada komplikasi : Amoksisilin atau Ampisilin : 3,5 gram oral dosis tunggal diteruskan 4 X 500 mg selama 10 hari.
7.Pengamatan dan pemberian ulang dilakukan pada hari ke 3, 7 dan 14, sesudah itu setiap bulan selama 3 bulan.

Catatan :
Terapi sebaiknya diberikan juga kepada patner sex penderita (suami) secara bersamaan.
Selama masa terapi sebaiknya kegiatan sex dihentikan.

2.URETRITIS NON GONORE

Anamnese :
Biasanya tidak ada keluhan.
Kalau ada, keluhan biasanya adalah disuria dengan atau tanpa discharge.
Sering juga dikeluhkan keluar darah pada akhir dari buang air kecil (terminal dysuria).
Sering bersifat kumat-kumatan (yang membedakan dengan GO)
Riwayat kontak sering (+)

Pemeriksaan :
Mungkin ada discharge uretra.
Bila disertai sistitis, mungkin ada nyeri tekan suprapubis.








Laboratorium :
Uretral discharge : diplokokus (-), lekosit >10/lapangan pandang.
Urin : berawan atau didapat benang-benang pendek (threads)

Kriteria Minimal :
1.Riwayat kontak (+).
2.Laboratorium :
Uretral discharge : diplokokus (-)
Urin : berawan atau threads (+).

Penatalaksanaan :
1.Tetrasiklin : 4 X 500 mg selama 5 – 7 hari atau
2.Erytromisin : 4 X 500 mg selama 5 – 7 hari.
3.Pada kasus persisten lama pengobatan 21 hari.

3.TRIKOMONIASIS

Anamnese :
Keluhan utama biasanya adalah adanya keputihan dengan jumlah banyak, berwarna kuning atau putih kehijauan.
Sakit pada saat berhubungan sex (dyspareunia) juga sering dikeluhkan.
Riwayat suami kencing nanah perlu ditanyakan, karena > 50% penderita GO wanita disertai dengan trikomoniasis.

Pemeriksaan :
Pemeriksaan in speculo :
terasa sakit,
fluor albus cair dengan jumlah banyak dan berwarna kuning atau putih kehijauan,
khas : didapat bintik-bintik merah (punctatae red spots atau strawbery cervix) di dinding vagina.

Laboratorium :
Fluor albus : dengan mikroskup cahaya Trichomonas vaginalis (+).

Kriteria Minimal :
1.Fluor albus : cair, banyak, warna kuning atau putih kehijauan.
2.Punctatae red spots (+)
3.Laboratorium : Puskesmas ?

Penatalaksanaan :
1.Metronidasol : 1 X 2.000 mg, sebagai dosis tunggal.

4.KANDIDIASIS

Anamnese :
Keluhan utama biasanya adalah keputihan dan gatal di vagina.
Mungkin juga dikeluhkan adanya rasa sakit waktu melakukan aktivitas sexual.
Faktor predisposisi : diabetes militus, pemakaian Pil KB, dan pemakaian antibiotika yang tidak terkontrol serta kegemukan.







Pemeriksaan :
Vulva : tampak merah, udem, adanya plak putih, mungkin didapat juga fisura atau erosi (Vulvovaginitis).
In speculo :
Terasa sakit,
Discharge kental, sedikit, putih seperti keju dan biasanya menutup portio.

Laboratorium :
Sel ragi (yeast cells) atau tunas (budding body) dan pseudohypha atau spora.

Kriteria Minimal :
1.Vuvovaginitis.
2.Discharge kental, sedikit, putih seperti keju dan biasanya menutup portio.

Penatalaksanaan :
1.Topikal : Nistatin vaginal tablet : 1 X 1, selama 7 hari, dan
2.Nistatin tablet : 4 X 1 tablet, selama 14 hari.

PENDIDIKAN / PENYULUHAN KESEHATAN

Tujuan pendidikan / penyuluhan kesehatan pada kasus infeksi alat kelamin wanita secara umum adalah tercapainya hasil terapi yang optimal atau sembuh yang tidak kambuh lagi, dengan materi sebagai berikut :

1.Tanda-tanda penyakit kelamin wanita secara umum.
2.Bahwa penyakit kelamin sebagian besar ditularkan melalui hubungan sex.
3.Segera datang ke Puskesmas untuk upaya penyembuhannya.
4.Membiasakan mandi dan ganti pakaian minimal 2 kali sehari.
5.Perawatan alat kelamin secara teratur dan adekuat.
6.Menjaga kebersihan pakaian, khususnya kebersihan celana dalam.
7.Menjalankan aktivitas seksual sesuai norma agama.


DAFTAR KEPUSTAKAAN :

1.Charles D : Infection in Obstetrics and Gynecology: W.B.Sannders Co, Philadelphia-London-Toronto, 1980.
2.Panitia Pelantikan Dokter FK-UGM : Penatalaksanaan Medik, Senat Mahasiswa Fak.Kedokteran UGM, Yogyakarta 1987 : 244-248.
3.Purnawan J., Atiek S.S., Husna A. : Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Jakarta 1982: 208-211.
4.Fanaro A, Sutoto : Etiologi Infeksi pada Alat Genetalia Wanita : naskah lengkap Sidang Ilmiah KOGI IV, Vol.I, 1979 : 500-504.


Disfungsi Memori

Fungsi memori terkait dalam proses patologi termasuk penyakit neurodegenerative, stroke, tumor, trauma kepala, bedah jantung, malnutrisi, berkurangnya perhatian, depresi, cemas, efek samping dari suatu terapi, dan proses penuaan yang normal. Contohnya, pengurangan ingatan biasanya dilihat oleh dokter dari banyak ilmu, termasuk neurology, psikiatri, pengobatan, dan bedah. Hilangnya ingatan sering merupakan gejala yang paling nampak dari banyak kelainan, berkurangnya aktifitras harian yang normal dari pasien dan dalam berinteraksi dengan keluarganya.

Beberapa persepsi tentang memori, seperti konsep tentang “jangka pendek” dan “jangka panjang”, telah memberi jalan untuk lebih menyempurnakan pengertian dan mengembangkan system klasifikasi. Perubahan hasil dari studi neuropsikologi pasien dengan lesi otak yang focal, studi neuroanatomi di manusia dan hewan, percobaan pada hewanpositron-emisitron tomograpi, fungsioinal MRI, dan potensi lainnya yang berhubungan.
Memori sekarang diketahui atau dimengerti sebagai kumpulan dari kemampuan mental yang tergantung pada beberapa system dalam otak. Dalam artikel ini , kita akan mendiskusikan 4 sistem memori yang terkait secara klinis, yaitu : episodic memori, sematic memori, procedural memori, dan memori kerja. Kita akan meringkas pengertian terbaru tentang memori dari sudut pandang neuroimaging fungsional dan studi pasien dengan insult otak, dimana seharusnya ditambahkan klinisi dalam diagnosa dan terapi dari penyimpangan memori pasien mereka. Sebagai intervensi terapi untuk penyimpangan memori menjadi lebih berguna, klinisi diharapkan agar lebih meningkatkan kewaspadaanya terhadap bermacam-macam system memori dalam otak.
System memori adalah jalan bagi otak untuk memproses informasi yang akan berguna di akan datang. Perbedaan antar system memori tergantung pada perbedaan struktur neuroanatomical. Beberapa system dihubungkan dengan kesadaran (eksplisit) dan dengan sadar bias diulang atau dipanggil kembali (declarative), dimana lainnya diekspresikan oleh perubahan tingkah laku (implicit) dan tipe ketidak sadaran (non declarative). Memori juga bisa dikategorikan dalam banyak cara, seperti material alami untuk diingat ( contohnya, verbal, atau neurospatial)

Episodic Memori

Episodic memori menunjuk pada eksplisit dan declarative system memori yang dipakai untuk memanggil kembali pengalaman pribadi yang dibingkai dalam kontek tersendiri, seperti cerita pendek atau apa yang kita makan semalam saat makan malam. episodic memori telah dengan luas ditandai menurut ketidakmampuan seseorang dengan amnesia karena lesi dari lobus medial temporale untuk mengingat pengalaman yang dapt diingat oleh org sehat. Demikianlah, system memori ini tergantung dari lobus medial temoporal (termasuk hipokampus dan kortel entorinal dan peririnal). Struktur yang laindalam system episodic memori (beberapa diantaranya dihubungkan dengan sirkuit yang didiskripsikan oleh Papez tahun 1937) termasuk dasar otak depan dengan septum medial dan pita diagonal dari area broca, kortek retrospental, presibikulum, fornik, badan mamilari, traktus mimikotalamic dan nucleus talamikus. Lesi pada setelah 1 struktur di atas dapat menyebabkan gangguan karakteristik disfungsi dari system episodic memori.
Kehilangan memori dapat disebabkan karena disfungsi system episodic memori menurut contoh yang dapat diprediksi yang dikenal sebagai hukum Ribot, yang berbunyi kejadian yang sebelum tekanan sering terlupakan, padahal memori yang jauh adalah yang paling resisten. Demikianlah, pada kasus disfungsi dari system episodic memori, kemampuan untuk belajar informasi tidak bisa diperoleh kembali (amnesia retrograde) dan mempelajari informasi secara jauh biasanya menghemat.
Penelitian telah menunjukkan bahwa system episodic memori termasuk lobus frontalis. Daripada lebih bertanggung jawab untuk penahanan informasi, lobus frontalis terlibat pada registrasi, akurasi, atau encoding informasi, memperoleh kembali informasi tanpa hubungan dan tanda lainnya. Penyususnan kembali sumber informasi, dan penilaian terhadap temporal dan kejadian yang baru terjadi. Penelitian yang telah menunjukkan bahwa temporal medial kiri dan lobus frontalis kiri lebih aktif saat seseorang belajar mengenal kata , dimana temporal medial kanan dan lobus frontal kanan lebuh aktif saat belajar menggunakan penglihatnnya.
Satu alasan lobus frontalis sangat penting untuk encoding adalah bahwa lobus tersebut mengijinkan seseorang untuk focus pada informasi yang diingat dan untuk mengikat lobus medial temporal. Disfungsi dari lobus frontalis bisa disebabkan distorsi dari episodic memori sebaik memori palsu, seperti informasi yang dihubungkan dengan konteks yang salah atau dengan rincian yang spesifik yang tidak tepat. Contoh nyata dari distorsi memori termasuk konfabulasi, yang nampak ”memori” diciptakan untuk konsisten dengan informasi yang sesungguhnya, seperti “mengingat” bahwa ada seseorang yang masuk paksa ke rumah dan mengobrak abrik barang-barang di rumah.
Perbedaan ini antara pengurangan episodic memori yang terjadi karena kerusakan lobus medial temporal (dan lintasan Papez) dan yang terjadi karena kerusakan lobus frontalis bisa diartikan dengan lebih sederhana, tapi secara klinis manfaatnya sama. Lobus frontalis disamakan dengan “penulis data” dari system episodic memori, lobus medial temporal disamakan dengan “ almari penyimpan data terbaru”. Demikianlah, jika lobus frontalis dilemahkan, ini sangat sulit bukannya tidak mungkin untuk dapat memasukkan dan mengeluarkan informasi dari penyimpanan. Bagaimanapun jika lobus medial temporal secara disfungsi disalin dengan komplit, ini dapat menjadi tidak mungkin untuk informasi terbaru dibicarakan. Informasi yang lebih lama yang telah terkonsolidasi dengan periode bulanan atau tahunan lebih adalah pikiran yang disimpan dalam region kortikal lainnya dan karena itu akan berguna walaupun lobus medial temporal dan circuir Papes rusak. Untuk contoh, walaupun pasien dengan depresi dan penyakit Alzheimer mungkin menampakkan disfungsi episodic memori, yang pertama adalah disfungsi “penulis data” dan kemudian adalah disfungsi “almari penyimpanan data memori terbaru”.
Kekacauan dari episodic memori mungkin bersifat sementara, seperti yang disebabkan oleh goncangan, serangan mendadak, atau amnesia sementara. Kekacauan yang menetap, seperti trauma kepala, hipoksia atau iskemi, stroke pertama, lesi bedah, dan enchepalitis, cirinya adalah maximal saat onset (beberapa hari), perbaikan (kadang-kadang periodenya lebih dari 2 tahun), selanjutnya menjadi stabil. Penyakit degeneratif termasuk penyakit Alzheimer, dementia dengan badan Lewy, dan dementia frontotemporal, mulai secara diam-diam dan berlangsung perlahan-lahan. Kekacauan yang mempengaruhi banyak region otak, seperti dementia vascular dan multiple sclerosis, berlangsung dengan cara beragam. Kekacauan lainnya tentang memori, seperti yang disebabkan karena obat-obatn , hipoglikemia, tumor, dan syndariome Korsakoff, supaya lebih banyak komplikasi dan berganti-ganti waktu perjalananya.
Sekali kekacauan dari episodic memori dicurigai sebagai dasar dari ketidakmampuan melaporkan ingatan tentang informasi terbaru dan pengalaman yang akurat, evaluasi tambahan dibenarkan. Riwayat yang rinci harus dicari, dengan tekanan yang luar biasa pada waktu terjadinya kekacauan memori. Mewawancarai orang yang merawat atau informan lainnya biasanya disangsikan ketepatannya, sejak pasien menjadi tidak lagi merubah-ubah ketidakingatannya pada aspek penting dari riwayat. Riwayat dari berkurangnya kognitif yang lain (contoh : perhatian, bahasa, penglihatan, dan tingkah laku) harus ditampilkan. Penyelidikan medis dan neurology harus ditampilkan dengan difokuskan pada mencari tanda dari penyakit sistemik, trauma neurology fokal dan kekacauan neurodegenerative.
Tes kognitif secara sepintas mungkin bisa dilakukan dengan meminta pasien untuk mengingat cerita pendek atau beberapa kata, atau dengan memakai alat seperti uji status mental mini, skala blessed dementia, uji ingatan 3 kata-3 bentuk, uji memori dengan mendaftar kata oleh konsorsium untuk mendata penyakit Alzheimer, tes dariilled word span, dan layar 7 menit. Pada kasus kompleks, evaluasi neuropsikologi resmi harus dipertimbangkan.
Untuk membantu membedakan kekacauan pada episodic memori yang dapat disebabkan oleh disfungsi lobus frontalis dari yang disebabkan oleh disfungsi lobus medial temporal, kesulitan pada encoding dan perolehan informasi harus dikonsentrasikan dengan kegagalan primer dari penyimpangan informasi. Saat informasi tidak dapat diingat walau setelah encoding telah dimaksimalkan dengan banyak pengulangan, dan setelah perolehan permintaan telah diminimalkan dengan penggunaan tes pengenalan dengan banyak pilihan, kegagalan primer dari penyimpanan akan nampak.
Pemeriksaan laboratorium dan gambar akan selalu diindikasikan, tergantung pada diagnosa banding. Terapi tergantung pada kekacauan spesifik. Penghambat kolinesterase dan mematine telah dibenarkan oleh pengawas obat dan makanan (FDA) untuk mengobati penyakit alzheimer; awalnya juga telah dipakai untuk vascular dementia, dementia dengan badan Lewy. Dua ulasan terakhir akan mendiskusikan efektifitas terapi ini.

Semantic Memori

Semantic memori tertuju pada penyimpanan umum dari konsep dan fakta pengetahuan kita, seperti warna dari singa atau presiden pertama amerika, yang tidak berhubungan dengan memori yang spesifik. Seperti episodic memori, semantic memori adalah system memori yang deklaratif dan eksplisit. Kenyataan bahwa system memori ini berbeda dengan episodic memori tampak dari studi neuroimaging dan fakta bahwa belum lama ini semantic memori nampak pada pasien yang mendapat gangguan berat pada system episodic memorinya, seperti dengan kerusakan pada lintasan Papes (contohnya pada sindariom Korsakoff) atau pemindahan lobus temporal medial secara pembedahan.
Berdasarkan arti terluasnya semantic memori mencakup semua pengetahuan kita tentang dunia yang tidak berhubungan dengan episodic memori yang spesifik, satu bisa dibantah bahwa semantic memori tinggal pada area kortikal yang luas. Ada pembuktian, contohnya, bahwa gambaran visual tersimpan didekat area visual assosiasi. Bagaimanapun juga, lebih banyak pembatasan nampak pada semantic memori, satu yang dibenarkan pada penamaan dan kategorisasi dengan batasan yang biasanya, melokalisasikan semantic memori pada lobus temporal inferolateral.
Penyakit Alzheimer adalah kekacauan klinis yang paling sering pada kerusakan semantic memori. Kerusakan ini bisa disebabkan oleh patologi pada kortek frontalis, mengawali kurangnya aktivasi dan perolehan informasi semantic. Pada penyakit Alzheimer, episodic dan semantic memori menolak bila salah satu berdiri sendiri, mendukung pemikiran bahwa 2 sistem memori yang terpisah terganggu pada kekacauan ini.
Penyebab lain pada gangguan semantic memori meliputi hampir suatu kekacauan yang mungkin merusak lobus temporal inferolateral, seperti cedera kepala, stroke, lesi bedah, ensepalitis, dan tumor. Pasien dengan perubahan temporal dari dementia frontotemporal, diketahui sebagai dementia semantic,juga menunjukkan pengurangan senua fungsi dari semantic memori,meliputi penamaan dan komprehensi kata tunggal dan berkurangnya pengetahuan umum. Juga menunjukkan pemeliharaan relative tentang komponen lain dari berbicara, persepsi dan kemampuan menyelesaikan masalah secara non-verbal, dan episodic memori.
Kekacauan dari semantic memori harus dicurigai saat pasien mempunyai kesulitan menamai benda yang sebelumnya mereka tahu nama benda tersebut. Evaluasi untuk kekacauan dari semantic memori harus mengandung komponen yang sama seperti evaluasi yang dipakai untuk episodic memori. Riwayat dan pemeriksaan kognitif harus menentukan baik masalah tersebut semata-mata dapat disebabkan pada kesulitan dalam memanggil nama seseorang dan namanya sendiri, yang mana biasa, terutama pada dewasa tua yang sehat, atau pada kehilangan semantic informasi secara nyata. Pasien dengan disfungsi yang ringan mungkin menunjukkan hanya pengurangan kata dari kategori semantic (contohnya : jumlah nama hewan yang dpat dihitung dalam 1 menit), karena itu pasien dengan gangguan semantic memori yang lebih berat cirinya adalah menunjukkan pengurangan 2 cara penamaan (yaitu, mereka tidak mampu menamai benda saat itu digambarkan dan juga tidak mampu menggambarkannya saat mereka diberi tahu nama benda tersebut).ini lebih mempengaruhi pasien dan juga menunjukkan pengurangan atau kurangnya pengetahuan umum. Terapi tergantung dari kekacauan yang spesifik.

Procedural Memori

Prosedural memori ditujukan pada kemampuan untuk belajar tentang bertingkah laku dan kemampuan kognitif dan algoritma yang secara otomatis mereka gunakan, derajat ketidaksadaran. Procedural memori tidak ditunjukkan tetapi selama terjadi mungkin bisa eksplisit (seperti belajar mengendarai mobil dengan transmisi standar) atau implicit (seperti belajar urutan angka pada tombol telepon tanpa berusaha melihat). Procedural memori bisa ada pada pasien dengan pengurangan episodic memori yang berat, apt pasien dengan sindariom korsakoff atau penyakit Alzheimer atau pasien yang pernah menjalani operasi pemindahan dari lobus temporal mediale,menunjukkan bahwa procedural memori tergantung pada system memori yang terpisah dan tersendiri dari episodic memori dan semantic memori system.
Penelitian dengan menggunakan gambaran fungsional telah menunjukkan bahwa region otak terlibat pada procedural memori, termasuk area motor tambahan, ganglia basalis, dan cerebellum, menjadi aktif sebagai tugas baru yang sedang dipelajari. Kejadian yang menguatkan dating dari pembelajaran terhadap pasien dengan lesi pada ganglia basalis atau cerebellum yang menunjukkan gangguan dalam belajar kemampuan procedural. Karena proses penyakit Alzheimer mempengaruhi kortikal dan system limbic sambil menghenghemat pengunaan ganglia basalis dan system limbic, pasien ini menunjukkan pengurangan pada episodic memori tapi kemampuan procedural untuk terjadi dan pemeliharaan tetap normal.
Penyakit Parkinson adalah kekacauan yang paling umum yang mempengaruhi procedural memori. Penyakit neurodegenerative lainnya yang merudak procedural memori termasuk penyakit Huntington dan degenerasi olivopontocerebelar. Pasien dengan stadium awal dari kekacauan ini menunjukkan tes episodic memori yang hampir normal tetapi menunjukkan kerusakan untuk mampu belajar kecakapan atau kemampuan. Tumor, stroke, perdarahan, dan penyebab lainnya dari kerusakan pada ganglia basalis atau cerebellum mungkin jd merusak procedural memori. Pasien dengan depresi berat juga menunjukkan gangguan pada procedural memori, mungkin karena depresi juga melibatkan disfungsi dari ganglia basalis.
Kerusakan dari prosedural memori harus dicurigai saat pasien menunjukkan kejadian baik dari hilangnya kemampuan yang dulu dipelajari atau gangguan subisatansi dari kemampuan yang baru dipelajari. Untuk contoh, pasien mungkin kehilangan kemampuannya untuk menunjukan scara otomatis, kemampuan bererak, seperti menulis, memainkan alat musik, atau mengayunkan tongkat golf. Walaupun mereka mungkin mampu untuk belajar lagi dasar dari kemampuan ini, pikiran yang jelas sering dikehendaki untuk penampilan mereka. Sebagai hasilnya, pasien dengan kerusakan pada system procedural memori mungkin tidak pernah mencapai usaha terkecil secara otomatis dari tugas motorik sederhana yang orang sehat dapat sebagai anugerah.
Evaluasi dari kekacauan procedural episodic semacam/sama dengan kekacauan dari episodic memori, terapi untuk penyebab utama tergantung pada proses penyakit spesifik. Ini tidak berguna bagi pasien yang episodic memorinya telah dimatikan oleh encephalitis, sebagai contoh, telah sukses direhabilitasi dengan memakai system procedural memori untuk belajar kemampuan baru.

Memori Kerja

Memori kerja adalah kombinasi bagian tradisional dari perhatian, konsentrasi, dan memori jangka pendek. Ini ditujukan pada kemampuan memelihara secara sementara dan memanipulasi informasi yang perlu disimpan dalam pikiran. Karena itu memang dikehendaki dan berpartisipasi secara sadar, memori kerja adalah system memori yang jelas dan dilaporkan. Memori kerja secara tradisional telah dibagi dalam komponen yaitu proses informasi phonologic (contohnya, menyimpan nomor telepon dalam ingatanmu) atau informasi spatial (contohnya, pikiran yang mengikuti jalurnya) dan system tersendiri yang menunjukkan pada sumber perhatian.
Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa mmori kerja memakai jaringan dari area kortikal dan subkortikal, tergantung pada tugas utama. Bagaimanapun juga, pada hakekatnya semua tugas yang melibatkan memori kerja mengkehendaki partisipasi dari kortek prefrontal. Cirinya, jaringan dari area kortikal dan subkortikal meliputi region otak posterior (contohnya, area visual-asosiasi) yang dihubungkan dengan region prefrontal untuk menunjukkan lintasan. Penelitian telah menunjukkan bahwa memori kerja phonologic cenderung untuk melibatkan labih banyak region pada sisi sebelah kiri dari otak, oleh karena itu memori kerja spatial cenderung melibatkan lebih banyak region pada sisi sebelah kanan. Penelitian juga telah menunjukkan bahwa lebih banyak tugas sulit melibatkan memori kerja menginginkan aktivasi dari otak bilateral, kurang memperhatikan kealamian dari jasmani yang telah dimanipulasi. Lebih jauh lagi, ada peningkatan jumlah aktivasi region otak pada kortek prefrontal seperti peningkatan kesukaran tugas.
Karena memori kerja tergantung pada jaringan dari aktivitas yang meliputi struktur subkortikal sebaik region kortikal frontalis dan perietalis, banyak penyakit neurodegenerative mengganggu tugas memori kerja. Penelitian telah menunjukkan bahwa pasien dengan penyakit Alzheimer, Parkinson, atau Huntington atau dementia dengan badan Lewy, sebaik kekacauan umum seperti supranuklear pelsy yang progresif, juga menunjukkan lemahnya memori kerja. Tambahan untuk penyakit neuradegeneratif, hampir ada proses penyakit yang merusak lobus frontalis atau hubungan mereka terhadap region kortikal posterior dan struktur subkortikal bisa mencampur dengan memori kerja. Seperti proses termasuk stroke, tumor, cedera kepala, dan multiple sclerosis, diantara lainnya. Karena memori kerja phonologic melibatkan ulangan yang diam-diam dari informasi verbal, hampir ada semacam aphasia yang juga bisa mengganggu ini. Walaupun patofisiologinya tidak diketahui secara benar, kekacauan yang mengurangi sumber perhatian, seperti kekacauan pengurangan perhatian-hiperaktifitas, kekacauan obisaesif kompulsif, schizophrenia, dan depresi, juga bisa melemahkan memori kerja.
Kekacauan dari memori kerja bisa nampak dengan beberapa cara. Paling umum, pasien akan menunjukkan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi atau memberikan perhatian. Kesulitan untuk menunjukkan tugas baru melibatkan instruksi dengan banyak langkah mungkin akan nampak. Kekacauan dari memori kerja mungkin juga nampak sebagai masalah dengan episodic memori. Pada beberapa kasus, evaluasi akan menunjukkan kegagalan primer dari encoding, karena diatur untuk mentransfer informasi ke episodic memori, informasi pertama harus “disimpan dalam pikiran” oleh memori kerja.
Evaluasi dari memori kerja sama dengan kekacauan pada episodic memori. Terapi tergantung pada penyebab yang spesifik, untuk contoh, stimulant telah dibenarkan oleh FDA untuk merawat kekacauan pengurangan perhatian-hiperaktifitas.