Penggunaan antibiotik yang diberikan secara inhalasi meningkatkan efektivitas pada pasien pneumonia. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dr. Lu dan kolega yang dipublikasikan dalam American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine menunjukkan bahwa kombinasi ceftazidime dan amikacine untuk terapi pneumonia yang disebabkan oleh Pseudomonas aeruginosa pada pasien-pasien yang mendapat tindakan ventilasi mekanik ternyata memberikan hasil ayng lebih baik.
Penelitian merupakan penelitian prospektif dan komparatif ini melibatkan 40 pasien yang diventilasi degan VAP yang disebabkan Pseudomonas aeruginosa. Pasien secara acak diberikan terapi ceftazidime 15 mg/kg tiap 3 jam/hari dan amikacine 25 mg/kg/day melalui nebulizer (n=20), dan 20 pasien lainnya diterapi secara intravena dengan ceftazidime (30 mg/kg sampai 30 min, dilanjutkan dengan dosis 90 mg/kg/sehari), dan amikacin (15 mg/kg/sehari selama 30 menit). Pemberian nebulizer dilakukan menggunakan vibrating plate nebulizer. Outcome klinik, efek infeksi dan pemindai CT toraks dilakukan sebelum dan sesudah terapi 8 hari.
Penelitian merupakan penelitian prospektif dan komparatif ini melibatkan 40 pasien yang diventilasi degan VAP yang disebabkan Pseudomonas aeruginosa. Pasien secara acak diberikan terapi ceftazidime 15 mg/kg tiap 3 jam/hari dan amikacine 25 mg/kg/day melalui nebulizer (n=20), dan 20 pasien lainnya diterapi secara intravena dengan ceftazidime (30 mg/kg sampai 30 min, dilanjutkan dengan dosis 90 mg/kg/sehari), dan amikacin (15 mg/kg/sehari selama 30 menit). Pemberian nebulizer dilakukan menggunakan vibrating plate nebulizer. Outcome klinik, efek infeksi dan pemindai CT toraks dilakukan sebelum dan sesudah terapi 8 hari.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa lamanya ventilasi, angka kejadian kematian dan rekurensi VAP karena pseudomonas tidak berbeda secara bermakna antara kelompok terapi aerosol (nebulizer) dengan kelompok intravena. Peningkatan volume pernapasan (gas) dan penurunan volume jaringan pada hari ke-8 dibandingkan dengan baseline juga tidak berbeda secara bermakna antara kedua kelompok penelitian.
| Aerosol (nebulizer) n=20 | Intravena N=20 | Nilai p |
Jumpal kesembuhan dari pseudomonas aeruginosa pada hari ke-9 (n,%) | 14 (70) | 11 (55) | 0,33 |
Durasi penggunaan ventilator (hari) | 17±13 | 12±14 | NS |
Rekurensi infeksi pseudomonas aeruginosa (n) | 3 | 1 | NS |
Angka kejadian kematian pada hari ke-28 (n, %) | 2 (10) | 1 (5) | 0,55 |
Volume gas total paru (mL) | 1082 (805-1561) | 1419 (1216-1737) | 0,17 |
Volume jaringan total paru (mL) | 1025 ± 269 | 969 ± 242 | 0,54 |
Para ahli dalam penelitian ini berpendapat bahwa pemberian ceftazidime and amikacin baik dengan menggunakan nebulizer maupun intravena memberikan efektifitas terapi yang serupa terhadap VAP karena kuman pseudomonas aeruginosa. Namun pemberian melalui nebulizer diharapkan dapat mengurangi kerentanan terhadap antibiotika.
Referensi:
Lu Q, Ferrari F, Gutierrez C, Yang JX, Aymard G, Rouby JJ. Assessment of Efficiency of Nebulized Ceftazidime and Amikacine in Patients with Pneumonia Caused by Pseudomonas aeruginosa. Am J Respir Crit Care Med 179;2009:A5951
Lu Q, Ferrari F, Gutierrez C, Yang JX, Aymard G, Rouby JJ. Assessment of Efficiency of Nebulized Ceftazidime and Amikacine in Patients with Pneumonia Caused by Pseudomonas aeruginosa. Am J Respir Crit Care Med 179;2009:A5951
Sumber: http://www.kalbemed.com/News/tabid/229/id/1700/Ceftazidime-dan-Amikacine-Nebulizer-Memberikan-Manfaat-Positif-pada-Pasien-Pneumonia.aspx
0 komentar:
Posting Komentar